JAKARTA - Langkah korporasi kembali diambil oleh PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI), anak perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, dengan memutuskan melepas kepemilikan sahamnya di PT Waskita Sangir Energi (WSE). Keputusan ini menjadi bagian dari strategi restrukturisasi portofolio bisnis perusahaan, sekaligus upaya memperbaiki posisi keuangan agar lebih sehat dan berdaya saing.
Divestasi ini menunjukkan keseriusan manajemen dalam menata ulang fokus usaha, mengingat sektor energi kerap menuntut modal besar serta manajemen risiko yang ketat. Dengan melepas saham mayoritas di WSE, WKI berharap dapat memperoleh manfaat langsung berupa tambahan likuiditas dan perbaikan arus kas perusahaan.
Detail Transaksi Penjualan Saham
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 29 September 2025, WKI tercatat memiliki saham sebesar 111.824 lembar saham atau setara 94,7% dari total saham WSE. Porsi mayoritas ini kemudian resmi dialihkan kepada PT Shalawat Power (SP) yang sebelumnya sudah memiliki 6.264 lembar saham atau 5,3% dari seluruh saham WSE.
Dengan akuisisi ini, SP kini menjadi pemilik penuh WSE setelah WKI melepas seluruh kepemilikannya. Transaksi divestasi tersebut dituangkan dalam Akta Pengambilalihan yang ditandatangani oleh kedua pihak. Kesepakatan ini berlaku efektif mulai 26 September 2025.
Manajemen WKI menyampaikan bahwa nilai pengalihan saham yang disepakati mencapai Rp179.999.900.000 atau sekitar seratus tujuh puluh sembilan miliar sembilan ratus sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus ribu rupiah. Nilai tersebut menjadi kesepakatan final setelah melalui proses pembahasan intensif antar perusahaan terkait.
Tujuan dan Harapan dari Divestasi
Menurut Ermy Puspa Yunita, SVP Corporate Secretary Waskita Karya, langkah divestasi ini diambil bukan semata-mata karena kebutuhan jangka pendek, melainkan sebagai strategi jangka panjang untuk memperbaiki fundamental keuangan WKI.
“Dengan dilakukannya divestasi tersebut, diharapkan akan memberikan dampak yang baik bagi kondisi keuangan WKI,” jelas Ermy dalam keterangannya.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pelepasan aset non-inti dianggap sebagai langkah yang realistis bagi perusahaan, terutama di tengah tantangan industri konstruksi dan infrastruktur yang masih membutuhkan penguatan permodalan.
Konteks Restrukturisasi BUMN Karya
Belakangan ini, sejumlah BUMN karya, termasuk Waskita Karya, memang gencar melakukan upaya restrukturisasi melalui penjualan aset atau divestasi anak usaha. Hal ini dipicu oleh kebutuhan perusahaan untuk menjaga stabilitas keuangan, melunasi kewajiban, serta menata ulang portofolio bisnis yang lebih fokus.
Bagi WKI, langkah ini menjadi bukti bahwa perusahaan siap mengambil keputusan strategis meski harus melepas anak usaha yang sebelumnya dianggap potensial. Namun, pilihan ini dinilai lebih bijak agar keberlanjutan operasional utama tetap terjaga.
Dampak terhadap Anak Usaha
Dengan pengalihan kepemilikan mayoritas kepada SP, diharapkan WSE akan mendapatkan arah baru dalam pengembangan usahanya. SP sebagai pemegang saham tunggal bisa lebih leluasa menentukan strategi pengembangan, baik dari sisi investasi, operasional, maupun teknologi.
Perubahan pemegang saham mayoritas ini tentu juga diharapkan membawa stabilitas baru bagi WSE. Apalagi sektor energi masih menjadi salah satu bidang yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga keberlanjutan usaha WSE tetap memiliki prospek menjanjikan.
Implikasi Finansial dan Bisnis
Bagi WKI sendiri, hasil dari transaksi senilai hampir Rp180 miliar ini diharapkan bisa menjadi tambahan modal untuk memperkuat likuiditas. Dana hasil divestasi tersebut kemungkinan besar akan diarahkan untuk mendukung kebutuhan operasional utama, membayar sebagian kewajiban, serta memperbaiki rasio keuangan perusahaan.
Di sisi lain, keputusan ini juga mencerminkan arah baru strategi Waskita Group dalam mengelola aset. Dengan memusatkan perhatian pada bisnis inti di sektor infrastruktur, perusahaan berupaya memperkuat daya saing sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
Peluang Positif di Masa Depan
Langkah penjualan saham ini bisa dilihat sebagai salah satu cara WKI untuk menghindari risiko besar dalam industri energi yang membutuhkan investasi jangka panjang dan modal besar. Dengan melepas kepemilikan tersebut, perusahaan bisa lebih fokus menjalankan core business di bidang konstruksi dan infrastruktur yang menjadi keahliannya.
Di sisi lain, SP yang kini menguasai penuh WSE memiliki peluang lebih besar dalam mengembangkan usaha energi. Dukungan modal dan arah strategis yang lebih fokus dari satu pemegang saham bisa membuat WSE tumbuh lebih cepat dan berkontribusi dalam penyediaan energi nasional.
Divestasi saham yang dilakukan PT Waskita Karya Infrastruktur terhadap PT Waskita Sangir Energi menjadi bukti bahwa perusahaan terus berbenah melalui strategi keuangan yang terukur. Dengan melepas kepemilikan senilai Rp179,99 miliar kepada PT Shalawat Power, WKI berharap bisa memperbaiki kondisi keuangannya sekaligus menjaga keberlangsungan bisnis utama di bidang infrastruktur.
Keputusan ini memperlihatkan bagaimana perusahaan tidak hanya berfokus pada ekspansi, tetapi juga berani mengambil langkah efisiensi ketika diperlukan. Dengan begitu, WKI bisa tetap menjaga kinerja jangka panjang, sementara WSE berpeluang berkembang lebih optimal di bawah kepemilikan baru.