JAKARTA - Pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan kembali menaruh perhatian besar pada transportasi berbasis rel. Salah satu langkah nyata yang tengah disiapkan adalah mengaktifkan kembali jalur kereta api mati Rangkasbitung-Pandeglang di Provinsi Banten.
Reaktivasi ini bukan sekadar proyek pembangunan infrastruktur, melainkan bagian dari strategi besar mendorong pemerataan akses transportasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah barat Pulau Jawa.
Rencana Reaktivasi Dimulai 2026
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Allan Tandiono, mengungkapkan bahwa kesepakatan untuk reaktivasi jalur lama ini sudah terjalin antara pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Banten, dan PT Kereta Api Indonesia (Persero).
"Saat ini sudah direncanakan program reaktivasi Rangkasbitung menuju Pandeglang. Sebelumnya Gubernur Banten juga sudah audiensi ke Pak Menteri Perhubungan dan kita sepakat untuk bagi tugas dengan Pemda untuk rencana reaktivasi," jelas Allan dalam media briefing di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.
Ia menambahkan, pada 2026 mendatang fokus utama diarahkan pada penyusunan perencanaan teknis. Selain itu, jika diperlukan, proses pembebasan lahan juga akan masuk dalam tahap awal.
"Untuk tahun depan fokus terkait perencanaannya dan tentunya nanti pembebasan lahan apabila dibutuhkan penertiban dan lain-lain," ujar Allan.
Meski sudah masuk agenda, ia menegaskan bahwa langkah ini tidak bisa terburu-buru. Kajian menyeluruh tetap diperlukan agar investasi yang dikeluarkan benar-benar tepat sasaran.
Pertimbangan Biaya dan Prioritas
Allan mengingatkan bahwa rencana reaktivasi jalur lama menyangkut investasi besar. Karena itu, proses perencanaan akan mengkaji secara detail kebutuhan teknis maupun besaran biaya yang harus disiapkan.
"Untuk jalur lainnya akan dikaji terkait prioritas dan kesiapannya. Karena besaran biaya sangat bergantung pada panjang jalur, kondisi prasarana eksisting, kebutuhan pembebasan lahan, serta standar teknis yang akan diterapkan," jelasnya.
Dengan keterbatasan anggaran, pemerintah perlu memastikan jalur yang dipilih benar-benar prioritas. "Oleh karena itu, untuk tahun depan memang kita fokus ke perencanaan dan kita lihat prioritisasi berdasarkan anggaran yang ada," tambahnya.
Manfaat Sosial dan Ekonomi
Lebih dari sekadar menghadirkan transportasi alternatif, reaktivasi jalur Rangkasbitung-Pandeglang diproyeksikan membawa manfaat besar bagi masyarakat. Akses transportasi yang lebih cepat dan murah akan mendukung pergerakan orang dan barang, terutama di daerah yang selama ini relatif terbatas pilihan moda transportasinya.
"Jadi ke depannya fokusnya itu, kita fokus ke manfaat real yang dapat dirasakan oleh masyarakat," kata Allan.
Peningkatan konektivitas ini diyakini akan mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi baru, baik di sektor perdagangan, jasa, maupun pariwisata. Dengan jalur kereta yang aktif kembali, distribusi hasil pertanian dan produk lokal akan lebih mudah dipasarkan ke wilayah lain.
Potensi Layanan untuk Pedagang dan Petani
Salah satu inovasi yang tengah dipertimbangkan oleh DJKA dan KAI adalah menghadirkan layanan kereta yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat lokal.
"Untuk Rangkasbitung-Pandeglang kami melihat di sana banyak aktivitas masyarakat, di mana KAI juga sedang mendorong adanya inovasi kereta pedagang petani. Kami melihat di sana ada potensi baik untuk mendukung aktivitas masyarakat sekitar sana sehari-harinya," ujar Allan.
Kehadiran kereta yang bisa mengakomodasi kebutuhan pedagang dan petani akan menjadi nilai tambah. Dengan transportasi yang lebih terjangkau, biaya logistik bisa ditekan sehingga hasil panen dan barang dagangan lebih kompetitif di pasar.
Dorongan Pembangunan Merata di Banten
Wilayah Pandeglang dan sekitarnya selama ini memiliki potensi besar, baik dari sektor pertanian, perikanan, maupun pariwisata. Namun akses transportasi yang terbatas sering kali menjadi kendala utama dalam memaksimalkan potensi tersebut.
Dengan dihidupkannya kembali jalur kereta ini, pemerataan pembangunan di Banten diharapkan semakin nyata. Arus distribusi barang ke luar daerah lebih mudah, sementara masyarakat juga mendapat akses mobilitas yang lebih baik untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, maupun pekerjaan.
Reaktivasi jalur rel ini juga akan mendorong pertumbuhan kawasan sekitar stasiun. Keberadaan stasiun kerap menjadi pusat ekonomi baru, mulai dari munculnya warung, pasar kecil, hingga usaha jasa transportasi lanjutan.
Tantangan yang Harus Diantisipasi
Meski manfaatnya besar, proyek reaktivasi tentu bukan tanpa tantangan. Salah satu hambatan terbesar adalah kebutuhan pembebasan lahan. Jalur lama yang sudah lama nonaktif kemungkinan besar telah beralih fungsi atau dimanfaatkan warga sekitar.
Selain itu, kondisi prasarana eksisting juga harus diperiksa secara mendetail. Rel, jembatan, hingga bangunan stasiun lama mungkin memerlukan renovasi besar atau bahkan pembangunan ulang.
Investasi yang tidak sedikit ini menjadi tantangan serius, sehingga pemerintah perlu merencanakan secara hati-hati agar hasilnya optimal.
Harapan Masyarakat
Rencana pemerintah ini disambut positif oleh masyarakat Banten, terutama mereka yang tinggal di sekitar Pandeglang. Dengan adanya jalur kereta aktif kembali, mereka berharap akses ke kota besar seperti Serang atau Jakarta menjadi lebih mudah dan murah.
Masyarakat pedesaan juga menaruh harapan besar terhadap kereta untuk memasarkan produk mereka. Dengan biaya transportasi yang lebih rendah, keuntungan yang diperoleh petani dan pedagang bisa meningkat.
Lebih jauh, jalur kereta aktif diyakini dapat membuka lapangan pekerjaan baru, baik secara langsung melalui operasional KAI maupun tidak langsung lewat tumbuhnya usaha kecil di sekitar jalur rel.
Reaktivasi jalur kereta Rangkasbitung-Pandeglang menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menghadirkan transportasi yang merata. Bukan hanya proyek infrastruktur, langkah ini juga sarat dengan misi sosial dan ekonomi untuk masyarakat Banten.
Meski penuh tantangan, manfaat yang ditawarkan menjanjikan perubahan besar bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari akses transportasi, peluang usaha, hingga peningkatan kualitas hidup, semua bisa terwujud jika jalur kereta ini kembali beroperasi pada waktunya.
Dengan target awal dimulai pada 2026, proyek ini kini menjadi harapan baru bagi masyarakat Pandeglang dan sekitarnya. Mereka menunggu saat jalur kereta yang lama mati bisa kembali hidup, membawa semangat pembangunan yang lebih merata di tanah Banten.