BEI Hentikan Enam Saham yang Meroket, Ini Alasannya!

Senin, 06 Oktober 2025 | 11:21:49 WIB
BEI Hentikan Enam Saham yang Meroket, Ini Alasannya!

JAKARTA - Langkah tegas kembali diambil oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada awal pekan ini, Senin 6 Oktober 2025, otoritas bursa memutuskan untuk menangguhkan sementara perdagangan enam saham yang mengalami lonjakan harga luar biasa dalam waktu singkat. 

Kebijakan suspensi ini bukan tanpa alasan — BEI menilai pergerakan harga yang terlalu tajam berpotensi menimbulkan risiko bagi investor, terutama dalam konteks stabilitas pasar modal.

Enam saham yang terkena penghentian sementara (suspensi) adalah PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA), PT Petrosea Tbk. (PTRO), PT Koka Indonesia Tbk. (KOKA), PT Asri Karya Lestari Tbk. (ASLI), PT Estika Tata Tiara Tbk. (BEEF), dan PT Timah Tbk. (TINS).

BEI dalam keterangannya menjelaskan, suspensi ini berlaku mulai sesi I perdagangan hingga adanya pengumuman lebih lanjut. “Sebagai bentuk perlindungan bagi investor, PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan Saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) di Pasar Reguler dan Pasar Tunai mulai sesi I tanggal 6 Oktober 2025 sampai dengan Pengumuman Bursa lebih lanjut,” tulis BEI dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).

Alasan di Balik Suspensi

Fenomena kenaikan harga saham secara beruntun dalam waktu singkat sering kali memunculkan spekulasi dan euforia pasar. BEI menilai, kenaikan kumulatif yang signifikan pada keenam saham tersebut perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan volatilitas berlebihan.

Suspensi menjadi langkah pencegahan untuk memberi waktu bagi investor dan emiten melakukan evaluasi, sekaligus memastikan bahwa lonjakan harga yang terjadi masih mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Melalui kebijakan ini, BEI berharap pelaku pasar bisa melakukan “cooling down” sebelum melanjutkan aktivitas transaksi.

Dalam praktiknya, suspensi semacam ini kerap digunakan sebagai instrumen pengendali stabilitas pasar, terutama ketika harga saham bergerak terlalu ekstrem tanpa didukung faktor fundamental yang jelas. Investor pun diimbau untuk memperhatikan keterbukaan informasi dari masing-masing perusahaan yang sahamnya dihentikan sementara.

Saham Afiliasi Konglomerat Ikut Disetop

Menariknya, di antara saham-saham yang terkena suspensi, terdapat dua nama besar yang menjadi sorotan publik pasar modal: Happy Hapsoro dan Prajogo Pangestu.

Saham BUVA, yang dikaitkan dengan pengusaha Happy Hapsoro, mencatat performa luar biasa sebelum disuspensi. Pada perdagangan Jumat, 3 Oktober 2025, saham BUVA mencapai auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 25% menjadi Rp750 per saham. Dalam satu bulan terakhir, saham ini bahkan melonjak hingga 123,21%, menjadikannya salah satu saham dengan performa terbaik di pasar.

Sementara itu, saham PT Petrosea Tbk. (PTRO) yang berafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu juga menjadi sorotan. Sepanjang September 2025, PTRO menorehkan kenaikan harga 78,76%, menembus level Rp6.775 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp68,33 triliun. Kenaikan fantastis ini membuat PTRO menjadi salah satu penopang utama penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), memberikan kontribusi sebesar 18,33 poin terhadap indeks.

Top Gainers dan Lonjakan Luar Biasa

Selain BUVA dan PTRO, empat saham lain yang disuspensi juga menunjukkan tren kenaikan luar biasa selama pekan terakhir.

ASLI menjadi jawara top gainers dengan lonjakan harga hingga 226%, menembus Rp163 per saham.

KOKA naik 113,04% menjadi Rp392.

BEEF turut melesat 101,98% ke level Rp715.

Sementara TINS, salah satu saham BUMN sektor pertambangan, menguat 67,41% menjadi Rp2.260 per saham.

Lonjakan- lonjakan ekstrem ini mendorong BEI mengambil langkah pencegahan, karena jika dibiarkan tanpa intervensi, potensi bubble (gelembung harga) bisa meningkat dan membahayakan kepercayaan pasar.

Dampak ke IHSG dan Sentimen Investor

Suspensi terhadap enam saham populer ini tentu memberikan efek domino terhadap sentimen pasar. Investor jangka pendek yang sempat menikmati kenaikan tajam kini dihadapkan pada masa jeda untuk menilai ulang strategi mereka.

Namun, analis menilai langkah BEI ini justru positif dalam jangka panjang, karena memberi sinyal bahwa regulator aktif menjaga integritas pasar. Dengan adanya suspensi, investor ritel juga diingatkan untuk lebih berhati-hati terhadap saham-saham yang naik terlalu cepat tanpa alasan fundamental yang kuat.

Bursa menegaskan, penghentian sementara ini tidak bersifat permanen. Perdagangan akan kembali dibuka setelah BEI menilai kondisi harga saham sudah kembali stabil dan sesuai ketentuan.

Investor Diminta Tetap Rasional

Dalam situasi seperti ini, para pelaku pasar disarankan tidak terburu-buru mengambil keputusan investasi. Kenaikan tajam dalam waktu singkat sering kali diikuti oleh koreksi tajam saat euforia mereda. Oleh karena itu, BEI meminta semua pihak untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan emiten.

Langkah suspensi ini, meski terlihat membatasi, sejatinya merupakan bentuk perlindungan terhadap investor dari potensi kerugian akibat pergerakan harga yang tidak wajar.

Kebijakan BEI menghentikan sementara perdagangan enam saham ini menunjukkan komitmen regulator dalam menjaga kesehatan dan stabilitas pasar modal Indonesia. Di tengah tren kenaikan harga saham yang masif, tindakan pengawasan seperti ini menjadi krusial agar kepercayaan investor tetap terjaga.

Bagi investor, momentum ini bisa dijadikan pengingat bahwa kenaikan harga tinggi tidak selalu berarti peluang tanpa risiko. Dalam dunia investasi, kehati-hatian dan analisis fundamental tetap menjadi kunci utama menghadapi volatilitas pasar.

Terkini