PLN EPI Perkuat Cofiring PLTU Lewat Kolaborasi Biomassa Berkelanjutan Demi Transisi Energi Nasional

Senin, 29 Desember 2025 | 08:53:47 WIB
PLN EPI Perkuat Cofiring PLTU Lewat Kolaborasi Biomassa Berkelanjutan Demi Transisi Energi Nasional

JAKARTA - Upaya transisi energi nasional terus diperkuat melalui langkah konkret di sektor pembangkitan listrik. Salah satu strategi yang kini mendapat perhatian serius adalah penguatan pasokan biomassa untuk cofiring di pembangkit listrik tenaga uap.

PT PLN Energi Primer Indonesia atau PLN EPI mengambil peran strategis dalam langkah tersebut. Perusahaan ini memperkuat kerja sama dengan mitra penyedia biomassa guna memastikan pasokan energi primer yang berkelanjutan.

Kerja sama tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama strategis. Penandatanganan dilakukan bersama lima mitra calon penyedia biomassa di Jakarta.

Lima mitra tersebut adalah PT Cakra Alam Persada, PT Palma Banna Mandiri, PT Kurma Karya Global, PT Syahroni Rizki Mandiri, dan PT Arya Adinata Utama. Kolaborasi ini diarahkan untuk meningkatkan pasokan biomassa bagi cofiring PLTU di berbagai wilayah.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi PLN EPI dalam mendukung bauran energi bersih nasional. Biomassa diposisikan sebagai solusi transisi yang realistis dan terukur.

Komitmen Legalitas dan Keberlanjutan Pasokan Biomassa

Direktur Bioenergi PLN EPI, Hokkop Situngkir, menegaskan bahwa pemanfaatan biomassa harus berjalan seiring dengan kepatuhan regulasi. Legalitas pemanfaatan lahan dan tata ruang menjadi aspek utama yang tidak dapat ditawar.

“Biomassa dengan peningkatan pemanfaatan yang sangat signifikan adalah sektor yang saat ini menjadi sensitif, terutama terkait penyediaan bahan baku, penanaman dan penggunaan lahan. Kami ingin memastikan seluruh pasokan berasal dari sumber yang legal dan tidak mendorong deforestasi,” tegas Hokkop.

Menurut Hokkop, PLN EPI ingin memastikan setiap pasokan biomassa tidak menimbulkan dampak lingkungan baru. Prinsip keberlanjutan menjadi fondasi dalam seluruh kerja sama yang dibangun.

Ia menjelaskan bahwa saat ini sebagian besar biomassa yang digunakan PLTU masih berasal dari limbah. Limbah tersebut meliputi limbah kehutanan, pertanian, industri, dan limbah perkotaan.

Ke depan, PLN EPI akan mulai mendorong pemanfaatan tanaman energi. Namun langkah tersebut tetap harus mengikuti prinsip keberlanjutan dan kejelasan hak atas lahan.

“Ketika sumbernya tanaman energi, kita pastikan sejak awal tidak bertentangan dengan aturan, termasuk izin lokasi, izin lahan dan kesesuaian pemanfaatan ruang,” ujarnya.

Pendekatan ini dilakukan agar pemanfaatan biomassa tidak menimbulkan konflik agraria. Selain itu, keberlanjutan pasokan dapat terjaga dalam jangka panjang.

Stabilitas Pasokan dan Kepastian Model Bisnis Biomassa

Selain aspek legalitas, Hokkop juga menyoroti pentingnya stabilitas pasokan biomassa. Kualitas bahan baku dan kesinambungan produksi menjadi faktor krusial bagi cofiring PLTU.

Menurutnya, fasilitas produksi biomassa harus siap secara teknis. Kesiapan tersebut juga harus ditopang oleh pembiayaan yang sehat.

Ia menekankan bahwa industri biomassa membutuhkan kepastian keekonomian. Tanpa model bisnis yang jelas, pemasok akan kesulitan bertahan.

“Tidak ada yang bisa bertahan di industri ini jika sisi komersialnya tidak jelas. Model bisnis yang terbuka dan saling menguntungkan sangat penting agar pemasok dan PLN dapat berkembang bersama,” ujar Hokkop.

PLN EPI melihat bahwa kebutuhan cofiring biomassa masih sangat besar. Hal ini sejalan dengan target peningkatan bauran energi bersih nasional.

Pada tahun 2025, sebanyak 49 titik PLTU telah melakukan cofiring. Potensi pemanfaatan biomassa dari seluruh titik tersebut mencapai 2,2 juta ton.

Hokkop menyampaikan bahwa angka tersebut memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Pemanfaatan biomassa tersebut setara dengan pengurangan emisi sebesar 2,2 juta ton CO2e.

“Kontribusi itu setara dengan pengurangan emisi 2,2 juta ton CO2e di tahun ini,” ucapnya.

Capaian ini menunjukkan peran biomassa dalam mendukung target penurunan emisi nasional. Cofiring menjadi solusi transisi sebelum pembangkit berbasis energi terbarukan berkembang lebih luas.

Penguatan Bahan Baku dan Peran Mitra Strategis

Kerja sama dengan lima mitra strategis diarahkan untuk memperkuat ketersediaan bahan baku biomassa. PLN EPI memastikan seluruh mitra telah memenuhi persyaratan teknis dan legalitas.

Salah satu mitra, PT Kurma Karya Global, menjelaskan sumber biomassa yang dikembangkan. Komisaris PT Kurma Karya Global, Andi Akmal Amnur, menyampaikan bahwa bahan baku berasal dari berbagai jenis limbah.

Menurut Andi, biomassa yang dikembangkan meliputi woodchip, serbuk kayu, dan sekam padi. Seluruh bahan tersebut berasal dari limbah hutan, pertanian, dan industri perkayuan.

Selain memanfaatkan limbah, PT Kurma Karya Global juga mulai mengembangkan tanaman energi. Salah satu yang dikembangkan adalah tanaman jenis gamal.

“Kami mengupayakan penanaman 200 hektare pohon gamal, sambil tetap mengutamakan pemanfaatan limbah biomassa eksisting,” kata Andi.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan pasokan biomassa. Dengan kombinasi limbah dan tanaman energi, risiko kekurangan bahan baku dapat diminimalkan.

PT Kurma Karya Global juga melakukan riset bersama perguruan tinggi. Riset tersebut mencakup uji coba pemanfaatan rumput gajah sebagai bahan baku cofiring.

Andi menilai biomassa tidak hanya berdampak pada penurunan emisi. Pemanfaatannya juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

“Sekam dulu tidak bernilai, sekarang bisa menjadi sumber pendapatan. Masyarakat merasakan langsung manfaat ekonomi dari biomassa,” ujar Andi.

Manfaat ekonomi ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat. Ekosistem biomassa dapat berkembang dari hulu hingga hilir.

PLN EPI menilai kelima mitra telah memenuhi kesiapan produksi. Legalitas lahan, kapasitas pasokan, dan aspek teknis telah diverifikasi.

Kerja sama ini diharapkan menjadi fondasi kuat untuk meningkatkan volume biomassa nasional. Dengan pasokan yang stabil, cofiring PLTU dapat berjalan lebih optimal.

Biomassa sebagai Pilar Menuju Net Zero Emissions 2060

Kolaborasi ini juga diarahkan untuk mendukung target Net Zero Emissions 2060. Biomassa menjadi salah satu pilar penting dalam strategi jangka panjang PLN.

PLN EPI menegaskan bahwa pengembangan biomassa tidak boleh mengorbankan lingkungan. Seluruh proses harus mengedepankan prinsip keberlanjutan.

Ekosistem bioenergi yang dibangun diharapkan mampu memberikan manfaat luas. Tidak hanya bagi sektor energi, tetapi juga bagi ekonomi masyarakat.

“Kolaborasi ini sekaligus menegaskan peran PLN EPI dalam membangun ekosistem bioenergi yang andal, berkelanjutan, dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” ungkap Hokkop.

Dengan pendekatan kolaboratif, PLN EPI ingin memastikan transisi energi berjalan inklusif. Seluruh pemangku kepentingan dilibatkan dalam proses ini.

Langkah penguatan pasokan biomassa ini menjadi sinyal kuat komitmen PLN EPI. Transisi energi tidak hanya menjadi target, tetapi diwujudkan melalui aksi nyata.

Melalui cofiring biomassa, PLTU tetap dapat beroperasi sambil menekan emisi. Strategi ini menjadi jembatan menuju sistem energi yang lebih bersih.

Ke depan, PLN EPI akan terus memperluas kerja sama serupa. Fokusnya adalah memastikan pasokan energi yang andal, berkelanjutan, dan berkeadilan.

Dengan sinergi antara PLN EPI dan mitra strategis, biomassa diharapkan menjadi tulang punggung transisi energi nasional. Upaya ini sekaligus mendukung pembangunan ekonomi hijau di berbagai daerah.

Terkini