JAKARTA - Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, baru saja menyelesaikan lawatan diplomatik yang sangat produktif ke sejumlah negara di Timur Tengah. Dalam perjalanan yang berlangsung selama lebih dari seminggu, Prabowo tidak hanya melakukan pertemuan bilateral dengan para pemimpin negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania, tetapi juga membawa pulang sejumlah kesepakatan penting yang diproyeksikan akan memberikan dampak besar bagi ekonomi Indonesia. Salah satu yang paling mencolok adalah komitmen investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 33,4 triliun yang dijanjikan oleh Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani, untuk berkolaborasi dengan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Kesepakatan Pertahanan dengan Turki
Selama kunjungannya ke Turki, Prabowo mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Salah satu topik utama yang dibahas adalah kerja sama dalam industri pertahanan. Indonesia dan Turki telah sepakat untuk membentuk sebuah perusahaan patungan atau joint venture yang fokus pada pengembangan teknologi pertahanan, termasuk kendaraan tempur canggih. Prabowo menegaskan bahwa Indonesia berkeinginan untuk terlibat langsung dalam pengembangan jet tempur generasi kelima, KAAN, serta pembangunan kapal selam bersama Turki.
"Kita sangat terima kasih atas kerjasama ini. Indonesia berkomitmen untuk ikut serta dalam pengembangan jet tempur KAAN dan kapal selam, serta memperkuat hubungan strategis kedua negara dalam sektor pertahanan," ujar Prabowo.
Selain itu, Prabowo juga mengundang pengusaha-pengusaha Turki untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam sektor-sektor strategis seperti industri baterai, energi terbarukan, dan tekstil. Dia juga membuka peluang bagi Turki untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Prabowo menambahkan bahwa Indonesia siap memberikan berbagai fasilitas untuk mendukung investasi asing, termasuk kemudahan izin dan kepastian hukum.
Investasi Qatar Senilai Rp 33 Triliun
Salah satu pencapaian signifikan dari lawatan ini adalah komitmen investasi besar dari Qatar. Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani, menyatakan akan berinvestasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 33,4 triliun melalui Dana Investasi Bersama dengan BPI Danantara. Meskipun Prabowo tidak merinci proyek spesifik yang akan dikerjakan dengan dana tersebut, dia memastikan bahwa kerja sama ini akan segera ditindaklanjuti.
"Saya kira pertemuan ini sangat baik dan produktif. Emir Qatar akan berinvestasi bersama Danantara, dan kami sepakat untuk segera merealisasikan rencana ini," kata Prabowo.
Lebih lanjut, Prabowo juga menegaskan bahwa investasi ini akan mencakup berbagai sektor strategis, termasuk sektor energi, infrastruktur, dan teknologi. Dengan investasi ini, Indonesia berharap dapat memperkuat hubungan ekonomi bilateral dengan Qatar dan mendukung pembangunan nasional, khususnya dalam mempercepat pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Selain kesepakatan investasi, Prabowo juga memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dengan Qatar melalui pembentukan mekanisme Strategic Dialogue (SD), yang akan diselenggarakan setiap tahun pada tingkat Menteri Luar Negeri. Dialog ini bertujuan untuk memperdalam kerja sama di berbagai bidang, seperti politik, pertahanan, ekonomi, energi, serta isu-isu internasional dan kawasan.
Kerja Sama dengan Yordania dalam Pengadaan Bahan Baku Pupuk
Tidak hanya dalam sektor pertahanan dan investasi, Prabowo juga mengadakan pembicaraan mengenai kerja sama ekonomi dengan Yordania. Dalam pertemuannya dengan Raja Abdullah II di Amman, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pembeli utama bahan baku pupuk dari Yordania, khususnya fosfat dan potash. Menurut Prabowo, bahan baku ini dapat diperoleh dengan harga yang sangat kompetitif, menjadikannya pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri.
"Kita membahas peningkatan kerja sama di beberapa bidang, termasuk pendidikan, sains, teknologi, dan ekonomi. Salah satu hasil penting adalah kesepakatan untuk membeli fosfat dan potash dari Yordania, yang harganya sangat kompetitif dan dapat menunjang kebutuhan pupuk kita," ungkap Prabowo.
Prabowo juga mengungkapkan kekagumannya terhadap kemajuan teknologi pertanian yang dimiliki Yordania. Indonesia, menurutnya, bisa banyak belajar dari Yordania dalam hal teknologi pertanian yang telah berhasil meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo membawa serta Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, untuk memperkuat kolaborasi di bidang pertanian dan ketahanan pangan.
"Yordania memiliki teknologi pertanian yang sangat maju, dan kami ingin belajar lebih banyak dari mereka. Saya membawa Menteri Pertanian saya untuk memperdalam kerja sama di bidang ini," kata Prabowo.
Dampak Positif bagi Ekonomi Indonesia
Secara keseluruhan, hasil dari lawatan ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Kesepakatan-kesepakatan yang terjalin dengan negara-negara Timur Tengah, khususnya dalam sektor pertahanan, investasi, dan bahan baku pupuk, akan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Selain itu, dengan adanya investasi besar dari Qatar, Indonesia juga berpeluang untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Dengan membuka lebih banyak peluang kerja sama dengan negara-negara Timur Tengah, Indonesia tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga memperkokoh posisi Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Ke depan, Prabowo berharap bahwa kerja sama ini dapat memberikan manfaat jangka panjang, baik dalam aspek ekonomi, politik, maupun sosial.
"Kami berharap kerja sama yang telah terjalin dapat memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak, khususnya bagi kemajuan Indonesia," tutup Prabowo dalam pernyataannya.