JAKARTA - Bagi para pelancong, waktu tunggu di bandara kerap dimanfaatkan untuk bersantai, berbelanja, atau menikmati makanan dan minuman sebelum penerbangan. Namun, para ahli gizi memperingatkan bahwa tidak semua makanan dan minuman aman untuk dikonsumsi sebelum naik pesawat. Salah memilih konsumsi justru bisa menyebabkan ketidaknyamanan bahkan gangguan kesehatan selama perjalanan udara.
Tiga pakar gizi dari berbagai rumah sakit ternama di Amerika Serikat mengungkapkan lima jenis makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari sebelum melakukan penerbangan. Alasannya tidak hanya soal kenyamanan, tetapi juga menyangkut risiko dehidrasi, infeksi bakteri, hingga gangguan pencernaan yang bisa berdampak pada keseluruhan pengalaman perjalanan.
Berikut adalah daftar makanan dan minuman yang perlu Anda hindari sebelum naik pesawat, menurut para ahli:
1. Alkohol
Konsumsi alkohol sebelum terbang menjadi pantangan utama yang disampaikan oleh Stephanie Schiff, ahli gizi terdaftar di Northwell Huntington Hospital, New York. Meskipun bagi sebagian orang alkohol dianggap sebagai cara relaksasi, namun efek dehidrasinya sangat tidak disarankan untuk kondisi kabin pesawat yang cenderung kering.
"Udara di pesawat sangat kering dan dapat menyebabkan dehidrasi, yang dapat diperburuk dengan minum alkohol," kata Schiff seperti dikutip dari New York Post. "Dehidrasi dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan pusing."
Tak hanya itu, penumpang yang terlihat mabuk karena konsumsi alkohol berlebihan juga berisiko ditolak naik pesawat oleh maskapai. Jadi, meskipun alkohol tersedia di lounge atau bahkan di dalam kabin, penggunaannya sebaiknya sangat dibatasi atau dihindari sama sekali sebelum lepas landas.
2. Minuman Berkafein
Kopi dan teh berkafein memang menggoda, apalagi saat tubuh merasa lelah saat transit. Namun, Sharon Puello, ahli gizi dari NYC Health + Hospitals/Jacobi, menyarankan agar penumpang menghindari minuman yang mengandung kafein sebelum naik pesawat. Pasalnya, minuman ini dapat memicu dehidrasi dan meningkatkan frekuensi buang air kecil yang tidak nyaman saat berada di kabin pesawat.
“Tidak hanya membuat Anda lebih sering ke kamar mandi, tetapi tergantung pada masing-masing orang, hal itu juga dapat mengakibatkan rasa kantuk yang berulang, yang memengaruhi tingkat energi seseorang setelah mereka mendarat," jelas Puello.
Bagi yang tetap ingin menikmati kopi, disarankan untuk memilih decaf atau kopi tanpa kafein agar tetap bisa menikmati cita rasa tanpa risiko efek samping yang berat.
3. Minuman dari Dispenser
Di banyak restoran cepat saji atau food court di bandara, minuman dari mesin dispenser menjadi pilihan cepat dan praktis. Namun, menurut Puello, jenis minuman ini patut dihindari karena risiko kebersihannya yang dipertanyakan. Dispenser minuman sering kali tidak dibersihkan dengan optimal, sehingga berpotensi menjadi sarang bakteri.
“Minuman ini mungkin tampak menyegarkan, tetapi sebenarnya bisa berisiko membawa bakteri karena sistem dispenser yang jarang dibersihkan secara menyeluruh,” ujarnya.
Selain itu, minuman dari dispenser biasanya berupa minuman bersoda atau berkarbonasi, yang bisa menyebabkan perut kembung. Kombinasi gas dan tekanan udara yang berubah di dalam kabin dapat meningkatkan rasa tidak nyaman di perut selama penerbangan.
4. Kacang-Kacangan dan Sayuran Tertentu
Makanan berserat tinggi seperti kacang-kacangan, brokoli, dan kembang kol memang sehat, tetapi bukan pilihan ideal sebelum melakukan perjalanan udara. Schiff menekankan bahwa makanan ini bisa menyebabkan perut kembung yang lebih parah saat berada di pesawat karena tekanan udara yang berubah-ubah.
“Makanan ini dapat menyebabkan kembung, yang dapat bertambah parah saat Anda terbang karena perubahan tekanan udara,” ujar Schiff.
Kembung tidak hanya mengganggu kenyamanan penumpang, tetapi juga dapat memperburuk kondisi medis tertentu seperti maag atau gangguan pencernaan lainnya.
5. Makanan Kemasan dan Siap Saji
Makanan praktis seperti salad kemasan, sandwich, buah potong, hingga sushi kerap menjadi pilihan favorit pelancong di bandara karena mudah dibawa dan cepat dikonsumsi. Namun, menurut Samantha Dieras, ahli diet dan Direktur Layanan Nutrisi Rawat Jalan di Mount Sinai Hospital, makanan seperti ini menyimpan risiko besar bila tidak ditangani dengan baik.
“Saya tidak tahu apakah salad dan buah potong sudah dicuci atau ditangani dengan benar, dan Anda dapat tertular penyakit seperti E. coli atau norovirus,” jelas Dieras.
Sushi pun masuk dalam daftar makanan berisiko karena suhu penyimpanannya. Ia menegaskan bahwa bakteri tumbuh sangat cepat antara suhu 4°C hingga 60°C, yang dikenal sebagai danger zone. Jika sushi disimpan dalam suhu ruang terlalu lama, potensi kontaminasi bakteri meningkat secara drastis.
Lebih lanjut, Dieras juga menekankan pentingnya memperhatikan tanggal kedaluwarsa pada kemasan makanan. “Makanan yang mudah rusak harus dikonsumsi dalam waktu dua jam setelah meninggalkan zona suhu aman. Setelah jangka waktu tersebut, bakteri dapat tumbuh,” katanya. "Misalnya, jika Anda membeli yogurt, makanlah dalam waktu dua jam. Jika Anda berencana menyimpannya untuk dikonsumsi enam jam kemudian saat di pesawat, Anda berisiko terkena penyakit bawaan makanan."
Tips Aman Memilih Makanan Sebelum Penerbangan
Sebagai panduan, berikut beberapa tips aman memilih makanan dan minuman sebelum naik pesawat:
Pilih makanan yang dimasak dengan suhu tinggi dan baru disiapkan.
Hindari makanan mentah, salad dingin, atau olahan susu yang tidak terjaga suhu penyimpanannya.
Bawa botol air minum sendiri dan isi ulang setelah melewati pemeriksaan keamanan.
Pilih buah utuh seperti apel atau pisang ketimbang buah potong.
Jika harus minum kopi, pilih versi decaf untuk menghindari kafein berlebih.
Menjaga pola makan sebelum naik pesawat sangat penting untuk memastikan perjalanan yang aman dan nyaman. Menghindari alkohol, kafein, minuman dispenser, kacang-kacangan, serta makanan kemasan siap saji bisa mengurangi risiko dehidrasi, gangguan pencernaan, bahkan penyakit bawaan makanan. Dengan mengikuti saran para ahli gizi seperti Schiff, Puello, dan Dieras, para penumpang dapat menikmati pengalaman terbang yang lebih tenang dan bebas gangguan kesehatan.