JAKARTA - Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah mempersiapkan langkah besar dalam merevitalisasi sistem transportasi massal berbasis rel melalui reaktivasi sejumlah jalur kereta api yang telah lama tidak beroperasi. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menghidupkan kembali jaringan perkeretaapian lama sebagai bagian dari strategi jangka panjang meningkatkan konektivitas antarwilayah, efisiensi logistik, serta pengembangan sektor pariwisata dan pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi regional.
Rencana ambisius ini disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk kalangan akademisi dan pengamat transportasi. Salah satunya adalah Sony Sulaksono Wibowo, pengamat transportasi yang juga merupakan Dosen Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam pernyataannya yang disampaikan saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Senin, 21 April 2025, Sony menilai bahwa inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut sangat tepat dan sesuai dengan kebutuhan masa depan transportasi di Indonesia. “Nah, makanya dengan adanya ide Gubernur Jawa Barat untuk aktivasi ini, ya, harapannya ini akan segera terwujud,” ujar Sony, mengapresiasi langkah Gubernur Dedi Mulyadi.
Menurut Sony, pengembangan kembali jaringan kereta api di Jawa Barat harus dilakukan secara bertahap agar implementasinya berjalan efektif dan berkelanjutan. Dari rencana total reaktivasi hingga 11 jalur, ia menyarankan agar pemerintah memfokuskan terlebih dahulu pada tiga hingga empat jalur yang dinilai paling strategis. Beberapa rute yang ia sebutkan memiliki nilai urgensi tinggi, antara lain jalur Bandung–Ciwidey, Tanjungsari–Bandung, Cibatu–Garut, dan Banjar–Pangandaran. “Ya, reaktivasi empat jalur kereta api di Jawa Barat. Memang ada tambahan sampai sebelas, tetapi kalau kita melihat dari potensi yang ada, mungkin kita bisa prioritaskan tiga atau empat dulu,” jelasnya.
Reaktivasi jalur kereta api ini dinilai tidak hanya memberikan dampak dari sisi operasional transportasi saja, tetapi juga akan membuka peluang pertumbuhan ekonomi secara lebih luas di kawasan-kawasan yang selama ini belum terhubung secara optimal. Sony menegaskan bahwa kehadiran moda transportasi kereta api memiliki efek berantai yang signifikan terhadap pengembangan wilayah. Jalur kereta dapat menjadi pemicu tumbuhnya kawasan baru, mempercepat mobilitas barang dan manusia, serta membuka akses lebih luas ke daerah tujuan wisata maupun sentra produksi pertanian. “Yang namanya kereta api itu pasti akan men-trigger pertumbuhan kawasan. Kemudahan akses, tujuan wisata, serta pengembangan kawasan adalah bagian dari konsep pertumbuhan ekonomi yang akan terpicu,” katanya.
Lebih jauh, Sony juga menyebut bahwa kereta api adalah moda transportasi yang cocok untuk menghadapi tantangan masa depan, karena mengedepankan prinsip ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, dan mampu menjangkau banyak wilayah dengan biaya yang relatif terjangkau. Ia menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur berbasis rel seperti ini harus dipandang sebagai bagian dari upaya besar dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Jawa Barat. “Karena bagaimanapun juga, kereta api itu adalah solusi transportasi masa depan,” tegasnya.
Rencana reaktivasi ini sendiri menjadi angin segar bagi masyarakat Jawa Barat, terutama yang tinggal di wilayah yang sebelumnya sempat menikmati layanan kereta api namun kemudian ditutup karena berbagai alasan. Jalur-jalur lama seperti Bandung–Ciwidey, yang dulunya menjadi akses penting bagi mobilitas warga dan distribusi hasil pertanian, berpotensi besar untuk dihidupkan kembali dan diintegrasikan dengan sistem transportasi modern saat ini. Demikian pula jalur Tanjungsari–Bandung yang berada di kawasan pendidikan dan industri, memiliki prospek besar untuk mendukung mobilitas pekerja dan mahasiswa.
Sementara itu, jalur Cibatu–Garut yang sempat direaktivasi beberapa tahun lalu terbukti membawa dampak positif dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Garut serta mempercepat distribusi hasil produk lokal ke pusat-pusat ekonomi lainnya. Sedangkan jalur Banjar–Pangandaran diyakini akan membuka akses lebih luas ke kawasan wisata pantai yang menjadi magnet utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga didorong untuk melakukan kajian mendalam terkait biaya konstruksi, aspek keselamatan, dan kelayakan teknis dari tiap jalur yang akan diaktifkan kembali. Keterlibatan masyarakat, pemangku kepentingan lokal, serta sinergi dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) menjadi elemen penting untuk memastikan proyek ini berjalan sesuai rencana dan membawa manfaat jangka panjang. Reaktivasi jalur kereta juga dinilai dapat membantu menurunkan beban lalu lintas jalan raya, mengurangi emisi karbon, serta memperbaiki pola transportasi yang selama ini masih bergantung pada kendaraan pribadi dan angkutan darat.
Gubernur Dedi Mulyadi sendiri dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa revitalisasi jalur kereta adalah bagian dari cita-cita besar menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi yang terintegrasi secara infrastruktur dan siap menghadapi tantangan masa depan. Ia menilai bahwa transportasi berbasis rel adalah solusi terbaik untuk mendukung pemerataan pembangunan, menjaga kelestarian lingkungan, serta menurunkan biaya logistik antarwilayah. Dedi juga menyatakan kesiapan pemerintah provinsi dalam mengalokasikan anggaran serta menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat untuk merealisasikan rencana tersebut.
Dengan dukungan akademisi, pelaku industri, serta masyarakat luas, langkah reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat diharapkan tidak hanya menjadi wacana, melainkan segera diwujudkan secara konkret dan menyeluruh. Proyek ini berpotensi menjadi model pengembangan transportasi nasional yang mengedepankan prinsip efisiensi, keberlanjutan, serta inklusivitas dalam pembangunan wilayah. Jika dilaksanakan dengan perencanaan matang dan pendekatan bertahap, maka reaktivasi jalur kereta di Jawa Barat bukan hanya sekadar menghidupkan kembali rel-rel lama, tetapi juga membuka jalan baru bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan masa depan transportasi Indonesia yang lebih baik.