Harga Sembako Naik Jelang Mei, Daging Sapi dan Cabai Jadi Komoditas Paling Terdampak di Jawa Timur

Rabu, 30 April 2025 | 10:30:57 WIB
Harga Sembako Naik Jelang Mei, Daging Sapi dan Cabai Jadi Komoditas Paling Terdampak di Jawa Timur

JAKARTA - Menjelang pergantian bulan, harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat di Jawa Timur kembali mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada Rabu, 30 April 2025, tercatat beberapa komoditas seperti daging sapi, cabai merah besar, dan cabai rawit merah mengalami kenaikan harga yang cukup terasa, sementara sebagian komoditas lainnya terpantau stabil dan sebagian kecil mengalami penurunan. Informasi ini dikutip dari data resmi milik Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang diperbarui pukul 09.11 WIB.

Berdasarkan data tersebut, harga daging sapi paha belakang mengalami kenaikan sebesar Rp1.030 atau naik 0,87 persen dibandingkan hari sebelumnya, sehingga mencapai harga Rp119.762 per kilogram. Sementara itu, dua komoditas cabai utama juga mengalami lonjakan. Cabai merah besar tercatat naik sebesar Rp889 atau 2,85 persen menjadi Rp32.083 per kilogram, sedangkan cabai rawit merah naik Rp929 atau 2,54 persen menjadi Rp37.545 per kilogram. Di sisi lain, daging ayam kampung justru mengalami penurunan harga sebesar Rp568 atau 0,84 persen, kini menjadi Rp67.287 per kilogram.

Secara keseluruhan, fluktuasi harga sembilan bahan pokok (sembako) di wilayah Jawa Timur saat ini menunjukkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Untuk kategori beras, harga beras premium berada di angka Rp14.623 per kilogram, dan beras medium di angka Rp12.509 per kilogram. Gula kristal putih dijual dengan harga Rp17.356 per kilogram. Minyak goreng juga mencatat harga bervariasi, dengan minyak curah di harga Rp18.727 per liter, minyak kemasan premium Rp20.337 per liter, minyak kemasan sederhana Rp17.512 per liter, dan Minyakita Rp16.655 per liter.

Produk daging lainnya seperti daging ayam ras masih stabil di harga Rp30.294 per kilogram. Telur ayam ras berada di kisaran harga Rp26.472 per kilogram, sedangkan telur ayam kampung dijual dengan harga cukup tinggi, yakni Rp45.843 per kilogram. Untuk produk susu, susu kental manis merek Bendera dibanderol seharga Rp12.591 per 370 gram, sementara Indomilk Rp12.524 untuk ukuran yang sama. Susu bubuk merek Bendera dijual Rp42.060 per 400 gram, sedangkan Indomilk Rp41.143. Harga garam pun turut dilaporkan, garam bata dijual Rp1.749 dan garam halus Rp9.401 per kilogram.

Untuk bumbu dapur, harga bawang merah menyentuh angka Rp38.939 per kilogram, sedangkan bawang putih di angka Rp37.848 per kilogram. Gas elpiji juga tercatat di harga Rp19.788. Dengan melihat data tersebut, dapat dipahami bahwa kenaikan harga cabai dan daging sapi menjadi perhatian utama masyarakat, terutama menjelang bulan baru yang biasanya diikuti dengan peningkatan aktivitas belanja rumah tangga.

Kenaikan dan penurunan harga sembako ini tak lepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi dinamika pasar. Di antaranya adalah perubahan permintaan dan penawaran, kondisi cuaca, kebijakan pemerintah, biaya produksi, nilai tukar mata uang, inflasi, hingga hambatan dalam distribusi. Bila permintaan terhadap suatu barang meningkat tetapi pasokan tidak mencukupi, maka harga cenderung naik. Demikian pula ketika terjadi cuaca ekstrem atau bencana alam yang menyebabkan gagal panen, maka harga komoditas pertanian seperti cabai dan bawang cenderung melambung.

Menurut pengamat pertanian dan kebijakan pangan, stabilitas harga sembako sangat penting dijaga menjelang pergantian bulan dan hari-hari besar, karena sangat mempengaruhi daya beli masyarakat. “Kenaikan harga yang tidak terkendali dapat membebani konsumen, terutama masyarakat menengah ke bawah yang sangat bergantung pada harga pasar untuk kebutuhan hariannya,” ujar salah satu pakar ekonomi pertanian dari Universitas Brawijaya.

Selain itu, faktor lain seperti fluktuasi kurs mata uang asing juga memainkan peranan penting, terutama terhadap bahan pokok yang diimpor. Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat, maka barang impor menjadi lebih mahal, dan hal ini berdampak langsung pada harga di pasar domestik. Faktor logistik pun berpengaruh besar. Kemacetan distribusi barang, pemogokan buruh, hingga keterlambatan pengiriman akibat infrastruktur yang kurang memadai bisa memicu kelangkaan dan menaikkan harga.

Kebijakan pemerintah, seperti pembatasan impor, penghapusan subsidi, atau pengenaan pajak tambahan, juga turut memberi efek langsung terhadap harga sembako. Sebaliknya, intervensi pemerintah dalam bentuk operasi pasar, bantuan logistik, atau penyaluran cadangan pangan nasional bisa menstabilkan harga ketika terjadi gejolak.

Fluktuasi harga seperti ini menegaskan perlunya informasi yang cepat dan akurat untuk masyarakat, agar bisa mengatur anggaran belanja rumah tangga dengan lebih cermat. Data harga yang diperoleh dari Siskaperbapo menjadi salah satu sumber rujukan penting bagi pedagang dan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian harian.

Melihat kecenderungan harga di akhir April ini, masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam berbelanja dan memanfaatkan produk lokal yang harganya lebih stabil. Pemerintah daerah juga diharapkan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kondisi pasar agar inflasi pangan dapat dikendalikan. Sebagaimana dijelaskan oleh seorang pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, "Kami terus memantau fluktuasi harga di pasar tradisional dan modern, serta menyiapkan langkah antisipatif apabila terjadi lonjakan yang tidak wajar."

Dengan ketidakpastian harga yang terus berubah setiap hari, kesadaran masyarakat dalam memantau informasi harga dan mengatur pengeluaran menjadi kunci untuk menjaga stabilitas keuangan rumah tangga. Pemerintah pun diharapkan tetap hadir melalui kebijakan strategis yang mendukung ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan pokok di seluruh wilayah Jawa Timur.

Terkini