JAKARTA - Tren penggunaan suplemen sebagai bagian dari gaya hidup sehat terus meningkat. Banyak orang memilih mengonsumsi berbagai jenis suplemen untuk menunjang daya tahan tubuh, memperbaiki kondisi kulit, hingga mempercepat pertumbuhan rambut dan kuku. Namun, konsumsi suplemen yang tidak terkontrol dan tanpa pengawasan medis dapat menimbulkan risiko serius, salah satunya adalah gangguan fungsi hati.
Hati merupakan organ penting yang berperan dalam proses detoksifikasi dan metabolisme zat-zat asing dalam tubuh, termasuk suplemen. Ketika seseorang mengonsumsi berbagai jenis suplemen secara sembarangan, hati dipaksa bekerja lebih keras untuk memproses senyawa kimia tersebut. Jika dilakukan terus menerus dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan hati, peradangan, bahkan gagal organ.
Dalam beberapa kasus, konsumsi suplemen yang berlebihan atau tidak sesuai kebutuhan tubuh dapat memicu gangguan fungsi hati. Salah satu contoh yang sempat ramai diperbincangkan adalah insiden kegagalan hati pada pengguna suplemen pertumbuhan rambut dan kuku. Meski bukan kasus yang umum, kejadian semacam ini menunjukkan bahwa risiko kesehatan dari konsumsi suplemen yang tidak diawasi tetap nyata.
Beberapa jenis suplemen tertentu diketahui memiliki dampak langsung terhadap kesehatan hati. Produk yang mengandung ekstrak teh hijau, vitamin A dosis tinggi, dan berbagai suplemen herbal tertentu dapat menjadi penyebab gangguan jika dikonsumsi berlebihan. Hal ini terjadi karena zat-zat aktif tersebut harus dimetabolisme oleh hati, dan proses ini dapat menimbulkan akumulasi toksin apabila tidak disertai dengan pengawasan medis.
Banyak masyarakat belum menyadari bahwa suplemen, meskipun berasal dari bahan alami, tetap membutuhkan perhatian khusus. Kandungan bahan aktif yang terkandung dalam produk herbal bisa saja berinteraksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi. Kombinasi zat kimia dari berbagai produk tanpa pemahaman yang memadai bisa menciptakan reaksi farmakologis yang tidak diinginkan.
Faktor lain yang memperburuk kondisi ini adalah anggapan bahwa semakin banyak suplemen yang dikonsumsi, maka manfaatnya akan semakin besar. Konsep megadosing, yakni penggunaan vitamin atau mineral dalam jumlah jauh di atas kebutuhan harian, justru bisa membawa efek sebaliknya. Tubuh memiliki batas toleransi terhadap berbagai zat, dan melebihi batas tersebut dapat berujung pada kerusakan jaringan.
Sebagian orang mengonsumsi beberapa suplemen sekaligus tanpa memeriksa kandungan dan interaksi bahan aktif di dalamnya. Padahal, penggunaan suplemen yang mengandung bahan serupa secara bersamaan dapat menyebabkan kelebihan dosis yang tidak disadari. Misalnya, kombinasi dua suplemen yang mengandung vitamin A atau zat besi bisa menyebabkan akumulasi senyawa tersebut dalam tubuh dan membahayakan hati.
Risiko tersebut meningkat apabila seseorang juga sedang menjalani pengobatan medis menggunakan obat resep, seperti statin, pengencer darah, atau antidepresan. Obat-obatan ini umumnya diproses oleh hati, dan penambahan beban metabolisme dari suplemen tambahan dapat menyebabkan interaksi obat yang berbahaya. Gangguan metabolisme dan efek samping yang muncul bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan organ vital.
Untuk menghindari risiko tersebut, beberapa langkah pencegahan dapat dilakukan. Pertama, penting untuk melakukan riset mengenai suplemen yang akan dikonsumsi. Informasi mengenai efek samping dan potensi hepatotoksik suatu produk bisa diperoleh dari berbagai literatur medis dan sumber tepercaya.
Kedua, pemilihan produk harus didasarkan pada kualitas dan keamanan, bukan hanya pada popularitas atau iklan. Produk yang telah terverifikasi oleh pihak ketiga dan diuji secara independen memiliki jaminan lebih tinggi dalam hal keamanan konsumsi. Sertifikasi ini tidak menjamin bebas risiko sepenuhnya, namun memberikan tingkat kepercayaan yang lebih baik terkait isi dan kualitas produk.
Ketiga, konsumsi suplemen sebaiknya tidak melebihi dosis yang dianjurkan. Batasan dosis sudah ditentukan berdasarkan kebutuhan rata-rata tubuh dan efek farmakokinetik dari masing-masing senyawa. Melebihi dosis yang dianjurkan tidak mempercepat manfaat, justru memperbesar risiko efek samping yang membahayakan kesehatan.
Langkah keempat adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum mengonsumsi suplemen, terutama jika sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Konsultasi ini dapat membantu menghindari interaksi obat dan memastikan bahwa suplemen yang dikonsumsi benar-benar dibutuhkan oleh tubuh.
Langkah terakhir adalah memahami bahwa tubuh manusia bukanlah tempat eksperimen. Tidak semua produk yang dipromosikan sebagai alami dan aman benar-benar cocok untuk semua orang. Perbedaan kondisi fisiologis, riwayat medis, dan konsumsi obat lain harus diperhitungkan sebelum memutuskan untuk mengonsumsi suplemen secara rutin.
Masyarakat perlu diberikan edukasi bahwa suplemen hanyalah pelengkap gaya hidup sehat dan bukan pengganti makanan bergizi atau pengobatan medis. Konsumsi buah dan sayur segar, olahraga teratur, dan istirahat cukup tetap menjadi pilar utama kesehatan tubuh.
Penggunaan suplemen yang bijak dan terkontrol dapat memberikan manfaat besar dalam menunjang kesehatan. Namun, jika dilakukan secara sembarangan, justru dapat menimbulkan dampak negatif yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, penting untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap suplemen dan menempatkannya sebagai bagian dari strategi kesehatan yang terencana dan terukur.
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Edukasi sejak dini dan pemahaman mendalam terhadap risiko konsumsi suplemen yang tidak tepat dapat menyelamatkan banyak orang dari komplikasi serius, terutama gangguan fungsi hati yang dapat berujung fatal.