Harga Batu Bara Masih Bertahan di Atas US100 Dollar/Ton Meski Melemah Tipis, Ini Penjelasannya

Kamis, 22 Mei 2025 | 08:21:54 WIB
Harga Batu Bara Masih Bertahan di Atas US$100/Ton Meski Melemah Tipis, Ini Penjelasannya

JAKARTA - Harga batu bara global mengalami penurunan tipis pada perdagangan Rabu  21 Mei 2025. Namun, si batu hitam masih bertahan di atas level psikologis US$100 per metrik ton. Meskipun melemah, tren harga dalam sepekan dan sebulan terakhir tetap menunjukkan penguatan. Para analis menyebut pergerakan ini masih mencerminkan sinyal pasar yang positif, meski dibayangi kekhawatiran dari menurunnya permintaan global, terutama dari China.

Berdasarkan data perdagangan di ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup pada level US$100,45 per ton, terkoreksi tipis 0,1% dari perdagangan sebelumnya. Meski begitu, jika ditarik dalam jangka waktu lebih panjang, tren harga masih fluktuatif.

Kinerja Harga Batu Bara: Sepekan Naik, Setahun Masih Minus

Dalam seminggu terakhir, harga batu bara mencatatkan kenaikan sebesar 0,55%, dan dalam jangka waktu satu bulan, meningkat hingga 5,68%. Namun secara year-to-date (YtD) atau sejak awal tahun 2025, harga batu bara justru melemah signifikan sebesar 19,8%. Bahkan, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, harga batu bara telah mengalami penurunan drastis sebesar 29,66%.

Penurunan harga dalam jangka panjang ini terutama disebabkan oleh melemahnya permintaan dari pasar utama dunia, khususnya China, yang merupakan konsumen batu bara terbesar secara global.

Penurunan Impor China Jadi Faktor Utama

Data terbaru menunjukkan bahwa impor batu bara China dari Indonesia pada April 2025 hanya sebesar 14,29 juta ton, atau turun 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tak hanya dari Indonesia, penurunan impor juga terjadi dari negara lain:

Rusia: 7,39 juta ton (turun 13%)

Mongolia: 7,01 juta ton (turun 3%)

Australia: 6,97 juta ton (turun 3%)

Penurunan ini memperkuat asumsi bahwa permintaan di pasar China sedang mengalami tekanan, yang secara langsung berdampak pada harga global. "China adalah konsumen batu bara terbesar di dunia. Jadi, perkembangan di sana akan sangat mempengaruhi pembentukan harga," ujar analis pasar energi global dari CNBC Indonesia dalam laporannya, Rabu (21/5).

Analisis Teknikal: Masih di Zona Bullish, Tapi Waspada Koreksi

Secara teknikal, harga batu bara masih berada dalam tren bullish untuk jangka pendek. Hal ini tercermin dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang berada pada level 55,69, di mana angka di atas 50 menunjukkan bahwa suatu aset sedang berada dalam kondisi naik atau bullish.

Namun, sinyal kehati-hatian juga muncul. Stochastic RSI yang digunakan untuk melihat momentum aset kini berada di angka 42,1, yang masuk dalam zona jual (short). Hal ini menunjukkan bahwa ada potensi koreksi dalam waktu dekat. “Harga batu bara masih menyimpan potensi kenaikan jika mampu menembus level resisten utama. Tapi secara momentum, koreksi teknikal bisa saja terjadi dalam waktu dekat,” ujar analis teknikal pasar komoditas, dikutip dari laporan harian ICE Newcastle.

Target teknikal harga batu bara untuk hari ini adalah sebagai berikut:

Support: US$99 – US$97 per ton

Resistance: US$105 – US$123 per ton

Faktor Eksternal Lain yang Mempengaruhi Harga Batu Bara

Selain permintaan dari China, sejumlah faktor lain juga berperan dalam menentukan arah harga batu bara ke depan:

1. Produksi Global

Produksi batu bara dari negara-negara utama seperti Indonesia, Australia, dan Rusia juga akan memengaruhi suplai global. Penurunan produksi bisa mendukung kenaikan harga, sementara surplus produksi cenderung menekan harga.

2. Transisi Energi dan Kebijakan Iklim

Dorongan untuk beralih ke energi terbarukan di berbagai negara, termasuk pembatasan penggunaan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik, memberikan tekanan jangka panjang terhadap permintaan batu bara.

3. Ketegangan Geopolitik

Konflik internasional yang melibatkan negara-negara produsen batu bara bisa memengaruhi rantai pasokan dan harga. Misalnya, sanksi terhadap Rusia atau ketidakstabilan politik di kawasan Asia Tenggara.

Harga Batu Bara Akan Ke Mana?

Kondisi harga batu bara yang saat ini berada di atas US$100 per ton menjadi perhatian pelaku pasar. Level ini dianggap penting karena menjadi batas psikologis atas kekuatan permintaan dan ketahanan suplai.

Jika permintaan dari China tetap lemah dan tidak ada kejutan positif dari sisi produksi maupun geopolitik, maka harga berpotensi turun ke bawah US$100 per ton dalam waktu dekat. Namun, bila terjadi gangguan pasokan atau peningkatan permintaan mendadak (misalnya dari Eropa atau India), harga bisa kembali menguat. “Harga batu bara masih sangat volatil. Kenaikan mingguan memang menunjukkan tren positif, tetapi selama permintaan global belum pulih secara signifikan, risiko koreksi tetap terbuka lebar,” terang analis komoditas PT XYZ Sekuritas dalam risetnya hari ini.

Harga Batu Bara Berada di Persimpangan

Meski mencatat penurunan harian, harga batu bara masih bertahan di atas level US$100 per ton. Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang belum sepenuhnya bearish, meski dihadapkan pada tekanan permintaan global, khususnya dari China.

Dari sisi teknikal, sinyal bullish masih ada, namun indikator momentum menunjukkan potensi koreksi jangka pendek. Pelaku pasar disarankan untuk tetap memantau perkembangan permintaan dan kebijakan energi di China serta faktor global lainnya.

Dengan volatilitas yang tinggi dan tekanan dari transisi energi bersih di banyak negara, prospek harga batu bara dalam jangka menengah hingga panjang masih dipenuhi ketidakpastian. Namun untuk saat ini, harga masih cukup kokoh di atas angka tiga digit.

Terkini

Menikmati Kuliner dan Panorama Indah Danau Toba

Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:57:00 WIB

Menikmati Kuliner Lezat dan Suasana Asri Bawen

Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:56:58 WIB

Persib Bandung Raih Kemenangan Perdana di ACL

Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:56:57 WIB

Valentino Rossi Masih Jadi Misteri di Mandalika 2025

Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:56:56 WIB