JAKARTA - Geliat aktivitas olahraga di Kota Mojokerto terus menunjukkan peningkatan, terutama di kalangan generasi muda. Tidak lagi sekadar menjaga kebugaran, olahraga kini telah menjelma menjadi bagian dari investasi jangka panjang untuk masa depan, termasuk dalam meraih impian berkarier di institusi kedinasan.
Pantauan pada Jumat di Gelora Ahmad Yani, Kota Mojokerto, menggambarkan antusiasme masyarakat terhadap olahraga. Suasana sore itu bak pasar rakyat, bukan karena jual beli, melainkan ramai oleh warga yang datang untuk berolahraga. Pelari silih berganti memutari lintasan jogging, berbaur dengan anak-anak yang sedang menjalani latihan sepak bola di separuh sisi lapangan.
Tak jauh dari sana, sekelompok lansia dan anak muda bermain basket, sementara di sudut lain, para atlet gateball tengah berlatih dengan penuh konsentrasi. Di tribun, tampak sejumlah remaja dan orang dewasa duduk santai menyaksikan hiruk-pikuk kegiatan olahraga.
Salah satu remaja yang aktif berolahraga di sana adalah Rezon Besttra, pelajar kelas XI SMAN 1 Puri. Pemuda 17 tahun asal Kelurahan Meri, Kecamatan Kranggan, ini tampak berkeringat usai lari selama sekitar 15 menit. Ia mengaku berusaha untuk berolahraga setiap hari, baik pagi, sore, maupun malam, tergantung waktu luang yang tersedia.
"Setiap hari diusahakan olahraga terus, mau itu sore, malam, bahkan pagi kalau sempat," ujar Rezon saat ditemui usai berlari di Gelora Ahmad Yani.
Rezon bukan sekadar ingin sehat. Ia menargetkan untuk menurunkan berat badan dari 85 kilogram menjadi 70 kilogram. Usaha tersebut dilakukan sebagai persiapan mengikuti seleksi masuk Akademi Kepolisian (Akpol), yang mensyaratkan kondisi fisik prima dan berat badan ideal.
"Kebetulan saya ini termasuk obesitas, jadi selain badan lebih sehat, juga buat menurunkan berat badan. Ini semua sebagai persiapan masuk kedinasan Akpol," lanjut Rezon.
Sejak akhir 2023, Rezon mulai konsisten berolahraga. Selain lari, ia juga aktif berenang dan menjalani latihan kebugaran di pusat kebugaran. "Biasanya seminggu lima kali nge-gym, kalau renang tidak pasti, tapi seminggu bisa satu atau dua kali," ungkapnya.
Motivasi serupa juga dimiliki Surya Satria, rekan sekelas Rezon yang juga rutin berolahraga demi bisa lolos ke sekolah kedinasan. Surya menargetkan masuk ke Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), institusi pendidikan kedinasan di bawah Kementerian Perhubungan.
"Setiap hari saya lari minimal 3 kilometer, push-up 50 kali, sit-up 50 kali, dan pull-up semampunya," terang Surya.
Menurut Surya, persiapan fisik harus dilakukan sejak jauh-jauh hari, idealnya satu hingga dua tahun sebelum pendaftaran. Hal ini penting agar tubuh benar-benar siap menghadapi proses seleksi yang berat.
"Dua atau satu tahun sebelum pendaftaran itu, badan sudah harus siap dulu, kesehatan nomor satu," katanya menekankan.
Namun demikian, keduanya mengaku tidak selalu mudah menjaga konsistensi berolahraga. Rasa malas kerap menghampiri. Dalam kondisi seperti itu, dukungan dari keluarga menjadi kunci untuk tetap semangat. Rezon dan Surya bersyukur mendapat dukungan penuh dari orang tua dan keluarga.
"Orang tua kami sangat support penuh, apalagi saya juga termotivasi sama kakak-kakak saya yang jadi polisi dan di Dinas Perhubungan," jelas Surya.
Fenomena ini mencerminkan adanya perubahan paradigma di kalangan anak muda terhadap pentingnya gaya hidup sehat dan kesiapan fisik untuk meraih masa depan. Tidak hanya bergantung pada nilai akademik, generasi muda kini sadar bahwa keberhasilan di dunia karier, terutama institusi seperti Akpol atau STTD, juga ditentukan oleh kondisi fisik yang prima.
Dalam konteks ini, olahraga menjadi investasi yang nyata. Disiplin, konsistensi, dan semangat yang diasah melalui kegiatan fisik mampu membentuk karakter, daya tahan, dan ketangguhan, modal penting dalam menghadapi tantangan masa depan.
Sosiolog dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Dr. Hendra Prasetya, menyebut tren ini sebagai indikasi positif pergeseran perilaku anak muda. “Anak-anak muda sekarang lebih sadar bahwa investasi masa depan tidak hanya dalam bentuk tabungan atau pendidikan formal, tetapi juga dalam bentuk kebugaran fisik dan kedisiplinan,” ujarnya dalam wawancara terpisah.
Dr. Hendra menambahkan, fenomena ini selaras dengan kebutuhan institusi kedinasan yang mengutamakan integritas, daya tahan, serta kesiapan mental dan fisik. “Institusi seperti Akpol dan STTD menuntut personel yang tangguh secara jasmani dan rohani. Jadi, latihan fisik sejak dini adalah keputusan strategis,” terangnya.
Pemerintah daerah pun turut mengapresiasi semangat generasi muda ini. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Mojokerto, Siti Nurhasanah, menyatakan bahwa fasilitas publik seperti Gelora Ahmad Yani memang ditujukan untuk mendukung gaya hidup sehat dan mendorong prestasi generasi muda.
"Kami senang melihat anak-anak muda begitu antusias. Mereka memanfaatkan fasilitas dengan baik. Ini bukti bahwa olahraga bukan sekadar hobi, tapi juga bagian dari perencanaan masa depan," ungkap Siti Nurhasanah saat dihubungi secara terpisah.
Dengan semangat yang ditunjukkan oleh Rezon, Surya, dan ratusan pemuda lain di Kota Mojokerto, tampaknya cita-cita menembus institusi kedinasan bukan lagi sekadar mimpi. Olahraga, yang dulu hanya dianggap pelengkap, kini telah menjadi fondasi penting untuk meraih masa depan yang cerah dan berprestasi.
Tak hanya bagi individu, tren ini diharapkan mampu mendorong kota-kota lain untuk menyediakan lebih banyak ruang publik ramah olahraga, memperkuat program pembinaan usia muda, dan mengintegrasikan olahraga sebagai bagian dari strategi pembangunan sumber daya manusia jangka panjang.