JAKARTA - Menjelang dilakukannya rebalancing oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk indeks LQ45 periode Agustus mendatang, pelaku pasar mulai memantau potensi pergeseran konstituen dalam indeks unggulan tersebut. Perubahan ini diperkirakan akan mencerminkan dinamika terkini dari pasar saham, termasuk pergerakan likuiditas, kapitalisasi pasar, hingga performa keuangan emiten.
Indeks LQ45 merupakan indeks saham yang berisi 45 emiten dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi besar, dan fundamental yang dinilai baik. Rebalancing dilakukan secara berkala guna memastikan komposisi indeks mencerminkan kondisi aktual dari saham-saham teraktif di Bursa.
Seiring dengan membaiknya indikator ekonomi dan potensi rotasi sektoral, sejumlah saham diprediksi berpeluang masuk ke daftar LQ45. Di sisi lain, saham-saham dengan penurunan performa maupun likuiditas berpotensi tersingkir dari daftar tersebut.
Saham Unggulan yang Dinilai Berpotensi Masuk
Analis dan VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengamati bahwa rebalancing LQ45 kali ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi dan rotasi sektoral yang tengah terjadi. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang kuat pada kuartal pertama 2025 dan peningkatan likuiditas menjadi kandidat utama untuk masuk ke indeks tersebut.
Dalam pengamatannya, saham EMTK dan NCKL berpeluang besar masuk ke dalam indeks LQ45. Kedua saham ini memenuhi kriteria penting seperti free float di atas 7,5 persen, kapitalisasi pasar teratas, dan aktivitas perdagangan tinggi. Kombinasi antara peningkatan likuiditas dan prospek kinerja yang menjanjikan memperkuat posisi saham-saham ini sebagai kandidat kuat.
Audi juga menekankan bahwa rotasi sektor serta perkembangan kebijakan ekonomi, seperti potensi pemangkasan suku bunga dan kebijakan tarif impor AS yang mulai mereda, dapat menjadi faktor pendukung tambahan terhadap pergerakan positif indeks.
Saham yang Diprediksi Keluar dari Komposisi
Seiring dengan adanya kandidat baru yang dinilai lebih kompetitif, ada pula saham yang diperkirakan akan dikeluarkan dari indeks LQ45. Audi menyebutkan MAPA dan SMRA sebagai dua saham yang berpotensi keluar dari indeks.
Penurunan kapitalisasi pasar serta turunnya aktivitas perdagangan menjadi alasan utama kedua saham tersebut dinilai kurang memenuhi kriteria indeks. Meski begitu, rotasi ini dianggap sebagai langkah wajar dan sehat untuk memastikan bahwa komposisi LQ45 selalu mewakili saham-saham paling aktif dan relevan di pasar.
Tinjauan Kinerja Indeks dan Potensi Pertumbuhan
Performa indeks LQ45 sejauh ini tercatat masih tertinggal dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga penutupan perdagangan terbaru, LQ45 mengalami koreksi sekitar 5,01 persen sejak awal tahun, sedangkan IHSG telah tumbuh positif 3,28 persen.
Ketimpangan ini diperkirakan dapat teratasi jika proses rebalancing berhasil menyegarkan komposisi indeks dengan saham-saham yang lebih tangguh dan responsif terhadap perkembangan ekonomi.
Audi menyampaikan bahwa jika Federal Funds Rate (FFR) benar-benar dipangkas sebesar 25 hingga 50 basis poin hingga akhir tahun, maka dapat memberikan angin segar bagi pasar saham, termasuk indeks LQ45. Hal tersebut juga bisa menjadi pemicu arus investasi asing ke saham-saham lokal yang menunjukkan prospek cerah.
Pandangan Alternatif dari Analis Pasar Modal
Selain dari Kiwoom Sekuritas, pandangan serupa juga disampaikan oleh Muhammad Wafi, analis dari Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI). Wafi menilai bahwa perubahan konstituen LQ45 pada periode kali ini sangat mungkin terjadi, terlebih setelah periode sebelumnya tidak mengalami perubahan.
Menurut Wafi, dinamika perdagangan sejumlah emiten telah menunjukkan pergeseran yang signifikan, sehingga menjadi dasar kuat bagi BEI untuk melakukan evaluasi ulang. Dalam prediksinya, terdapat beberapa saham yang dinilai layak masuk ke LQ45, antara lain CUAN, BREN, INET, dan PTRO.
Keempat saham tersebut menonjol dari sisi volume perdagangan maupun minat investor, sehingga dipandang sebagai kontributor potensial bagi kestabilan dan pertumbuhan indeks dalam beberapa bulan ke depan.