Ilmiah

BMKG Jelaskan Fenomena Cuaca Panas di Kalimantan Timur Secara Ilmiah

BMKG Jelaskan Fenomena Cuaca Panas di Kalimantan Timur Secara Ilmiah
BMKG Jelaskan Fenomena Cuaca Panas di Kalimantan Timur Secara Ilmiah

JAKARTA - Beberapa wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Timur, tengah dilanda suhu udara yang cukup tinggi. Cuaca panas ini bahkan diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober. Di Kutai Kartanegara, misalnya, suhu diprediksi akan mencapai 34 derajat Celsius pada Kamis mendatang. Keadaan ini menimbulkan berbagai spekulasi di tengah masyarakat, termasuk dugaan bahwa kondisi ekstrem ini berkaitan dengan keberadaan badai tropis di kawasan Asia Tenggara.

Namun, pihak berwenang membantah bahwa Badai Wipha menjadi penyebab langsung cuaca panas tersebut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan penjelasan ilmiah mengenai kondisi tersebut dan menekankan pentingnya pemahaman akan dinamika atmosfer yang terjadi secara regional.

Penjelasan dari BMKG Soal Penyebab Cuaca Panas

Menurut penjelasan resmi dari Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, faktor utama yang menyebabkan suhu panas di sejumlah wilayah Indonesia saat ini adalah gerak semu matahari yang berada tepat di atas bagian selatan Indonesia. Fenomena ini secara alamiah terjadi setiap tahun ketika matahari bergerak semu melintasi ekuator menuju belahan bumi selatan, sehingga pancaran sinar matahari lebih intens dan langsung ke permukaan bumi.

Selain itu, keberadaan dua badai tropis di wilayah Filipina, yaitu Trami dan Kong-Rey, juga berkontribusi terhadap berkurangnya tutupan awan di langit Indonesia. Dengan sedikitnya awan, radiasi matahari masuk ke permukaan bumi tanpa banyak hambatan, yang mengakibatkan suhu udara menjadi lebih tinggi dari biasanya.

“Mayoritas wilayah Indonesia merasakan cuaca panas karena gerak semu matahari sedang berada di atas wilayah Indonesia bagian selatan, ditambah badai tropis Trami dan Kong-Rey di Filipina yang mengurangi tutupan awan, sehingga udara terasa lebih panas,” ujar Dwikorita dalam unggahan di akun resmi media sosial BMKG.

Peran Siklon Tropis dalam Dinamika Cuaca

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa fenomena suhu panas ini tidak semata-mata karena faktor lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika cuaca di kawasan regional. Ia menyebut bahwa suhu tinggi yang dirasakan masyarakat masih berpotensi berlanjut dalam beberapa hari ke depan, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Salah satu penyebabnya adalah keberadaan Siklon Tropis Kong-Rey yang saat ini aktif di Samudra Pasifik. Siklon ini menarik kelembapan udara dari sekitarnya, termasuk dari wilayah Indonesia, sehingga udara menjadi lebih kering. Kondisi udara yang minim kelembapan ini memperkuat efek pemanasan karena tidak ada uap air yang berfungsi sebagai penahan panas di atmosfer.

Menurut Andri, meskipun siklon tropis ini berada cukup jauh dari wilayah Indonesia, dampaknya tetap terasa dalam bentuk perubahan pola cuaca yang dinamis. Udara kering yang terbentuk akibat penarikan kelembapan membuat suhu udara terasa lebih menyengat, terutama di siang hari.

Potensi Suhu Ekstrem dan Imbauan untuk Warga

BMKG mencatat bahwa suhu tertinggi yang terjadi dalam periode ini tercatat di Stasiun Meteorologi Gewayantana, NTT, dengan suhu mencapai 38,3 derajat Celsius. Angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memang sedang mengalami kondisi cuaca ekstrem, meskipun secara umum masih dalam kategori yang dapat dijelaskan secara ilmiah.

Andri juga menekankan bahwa perubahan suhu ini masih terus dipantau karena sangat mungkin mengalami pergeseran. Perubahan pola angin, pergerakan massa udara, dan dinamika atmosfer global dapat memengaruhi situasi yang sedang berlangsung saat ini.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kondisi tubuh, terutama yang tinggal di wilayah-wilayah dengan potensi suhu tinggi. Selain itu, masyarakat diminta tidak mudah mempercayai informasi yang tidak berdasar mengenai penyebab cuaca ekstrem, dan selalu merujuk pada informasi resmi dari lembaga terkait.

Pemantauan dan Antisipasi Ke Depan

Dalam menghadapi cuaca panas yang terjadi, BMKG menyatakan akan terus memantau perkembangan siklon tropis dan kondisi atmosfer di sekitar wilayah Indonesia. Walaupun Siklon Tropis Kong-Rey diprediksi akan melemah dan menjauh dari kawasan Asia Tenggara, masyarakat diminta untuk tidak lengah terhadap potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.

BMKG juga menegaskan pentingnya peran serta masyarakat dalam menyebarkan informasi yang akurat dan tidak menyesatkan, terutama yang berkaitan dengan kondisi cuaca yang sedang berlangsung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index