Kesehatan

Suara Sound Horeg Melebihi Batas Aman, Ancaman Serius bagi Kesehatan Telinga

Suara Sound Horeg Melebihi Batas Aman, Ancaman Serius bagi Kesehatan Telinga
Suara Sound Horeg Melebihi Batas Aman, Ancaman Serius bagi Kesehatan Telinga

JAKARTA - Di tengah perdebatan publik mengenai penggunaan sound horeg, sorotan tidak hanya datang dari aspek sosial dan hukum, tetapi juga dari sisi medis. Suara keras yang kerap terdengar dari perayaan hajatan atau pertunjukan musik ini ternyata membawa risiko nyata terhadap kesehatan pendengaran. Meski bagi sebagian kalangan dianggap bagian dari hiburan atau ekspresi budaya, kenyataannya paparan suara yang terlalu keras memiliki dampak jangka panjang yang serius.

Sound horeg, istilah yang merujuk pada perangkat pengeras suara berkapasitas tinggi, mampu menghasilkan tingkat kebisingan ekstrem, yang jauh melampaui batas yang dapat ditoleransi oleh telinga manusia. Penilaian ini tidak hanya datang dari sisi norma sosial, tapi juga dari pandangan ilmiah yang diutarakan para ahli kesehatan.

Pakar Jelaskan Risiko Tersembunyi

Pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, dr Gina Noor Djalilah SpAMM, mengemukakan bahwa intensitas suara yang dihasilkan sound horeg bisa mencapai antara 120 hingga 135 desibel. Angka ini disebutnya jauh di atas ambang batas aman bagi kesehatan telinga.

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tingkat kebisingan tidak lebih dari 70 desibel. Sementara paparan di atas 85 dB saja sudah berisiko jika terjadi terus-menerus. Sound horeg bahkan bisa jauh lebih tinggi dari itu," ujarnya.

Dalam penjelasannya, dr Gina menyebutkan bahwa kebisingan pada level tersebut dapat merusak sel-sel rambut halus di dalam koklea, yakni bagian telinga dalam yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak. Kerusakan ini bersifat permanen karena sel-sel tersebut tidak dapat tumbuh kembali.

Dampak Serius bagi Pendengaran

Efek paling umum dari paparan kebisingan tinggi adalah penurunan daya dengar. Gejalanya bisa dimulai dari kesulitan mendengar suara percakapan di tengah keramaian. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan pendengaran yang berat hingga ketulian.

Tak hanya itu, dr Gina juga menyinggung efek lain yang bisa timbul, seperti tinnitus atau telinga berdenging yang terus-menerus, hiperakusis atau sensitivitas berlebihan terhadap suara, hingga pecahnya gendang telinga. Bahkan, sistem keseimbangan tubuh yang berkaitan erat dengan telinga bagian dalam dapat terganggu, dan menimbulkan gejala seperti pusing dan vertigo.

“Gangguan ini tidak hanya menyerang organ telinga saja, tapi bisa mempengaruhi keseimbangan dan orientasi tubuh,” jelasnya.

Paparan Suara Keras dan Kesehatan Umum

Dampak kebisingan dari sound horeg juga tidak berhenti pada gangguan pendengaran. dr Gina memaparkan bahwa paparan bising secara kronis juga dapat memicu lonjakan hormon stres dalam tubuh. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berkontribusi terhadap gangguan tidur, kecemasan, peningkatan tekanan darah, hingga risiko terkena penyakit jantung.

“Lingkungan yang terlalu bising bisa menurunkan kualitas hidup, baik secara fisik maupun psikologis. Anak-anak dan remaja misalnya, menjadi kelompok yang paling rentan karena mereka masih dalam masa perkembangan,” katanya.

Kondisi ini bahkan berdampak pada penurunan konsentrasi belajar di sekolah, gangguan dalam komunikasi sehari-hari, serta meningkatkan risiko sakit kepala. Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah padat atau sering terpapar acara dengan sound horeg, risiko ini menjadi perhatian yang nyata.

Langkah Pencegahan yang Disarankan

Melihat besarnya potensi kerusakan yang ditimbulkan, dr Gina mengimbau masyarakat untuk lebih sadar dan waspada terhadap paparan suara yang terlalu keras. Beberapa langkah pencegahan sederhana dapat dilakukan, seperti menjauh dari sumber suara, menggunakan pelindung telinga saat berada di area bising, dan memberikan waktu istirahat bagi telinga setelah terpapar kebisingan.

“Jika seseorang mulai merasakan gejala seperti telinga berdenging, nyeri, atau kemampuan mendengar mulai menurun setelah mendengar suara keras, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis THT. Jangan tunggu sampai gejala menjadi parah,” tegasnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index