JAKARTA - Di tengah pola hidup modern yang kian pasif, pembentukan kebiasaan berolahraga tak bisa hanya dibebankan pada individu. Menurut pemerhati olahraga Beno Karibera, lingkungan sosial termasuk keluarga, sekolah, tempat kerja, dan komunitas—berperan besar dalam menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
"Olahraga akan lebih mudah jadi kebiasaan jika ada dukungan dari sekitar. Kita perlu menciptakan lingkungan yang mendorong, bukan menghambat," ujarnya dalam pernyataan kepada RRI.
Bukan Sekadar Pilihan Pribadi: Sistem yang Mendukung Itu Kunci
Beno menekankan bahwa masyarakat saat ini terlalu bergantung pada teknologi dan cenderung menghabiskan waktu dalam posisi duduk berjam-jam—mulai dari bekerja, belajar, hingga hiburan. Kondisi ini, menurutnya, tak bisa dilawan hanya dengan niat pribadi.
"Tanpa dukungan sistem, niat untuk olahraga sering kalah oleh rasa malas atau gangguan dari gawai," katanya.
Untuk itu, Beno mendorong institusi seperti sekolah dan kantor agar mulai mendesain ulang rutinitas mereka. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Menyediakan kelas olahraga yang menyenangkan
Mengatur waktu bebas gadget di sekolah atau rumah
Menyelenggarakan senam pagi rutin di kantor
Memberi insentif atau waktu khusus bagi pegawai untuk beraktivitas fisik
Keluarga: Lingkungan Terdekat yang Bisa Jadi Motor Perubahan
Dalam lingkup keluarga, orang tua berperan sebagai role model utama. Jika anak melihat orang tuanya aktif bergerak, mereka akan lebih mudah meniru kebiasaan tersebut.
“Jangan suruh anak aktif kalau orang tuanya sendiri pasif. Jadwalkan olahraga bersama, seperti jalan sore, bermain bola di halaman, atau senam ringan setiap akhir pekan,” ujar Beno.
Komunitas dan Teman Latihan: Kunci Konsistensi
Beno juga menyoroti pentingnya keberadaan komunitas sebagai penyemangat. Berolahraga bersama teman atau tetangga bisa menciptakan semangat positif dan konsistensi jangka panjang.
"Kalau sendirian, motivasi cepat luntur. Tapi kalau bareng komunitas, kita saling dorong. Jadi nggak terasa seperti kewajiban,” katanya.
Aktivitas Ringan, Asalkan Konsisten
Ia mengingatkan bahwa olahraga tidak harus berat atau mahal. Jalan cepat keliling kompleks, bersepeda ringan, atau mengikuti video senam online sudah cukup untuk menjaga kebugaran tubuh jika dilakukan rutin 20–30 menit per hari.
Yang terpenting, kata Beno, adalah membentuk pola dan kebiasaan, bukan menunggu waktu luang atau suasana hati yang sempurna.
Bukan Soal Penampilan, Tapi Kesehatan Kolektif
Beno menutup dengan pesan bahwa olahraga seharusnya bukan lagi dianggap sekadar urusan fisik atau penampilan. Ini adalah investasi untuk kualitas hidup bersama—dari kesehatan individu, efisiensi ekonomi keluarga, hingga produktivitas di tempat kerja.
“Kalau lingkungan mendukung, olahraga bukan lagi rutinitas yang memberatkan. Ia menjadi refleks harian, seperti menyikat gigi,” tutupnya.