JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia selama periode 15 hingga 21 April 2025. Berdasarkan hasil analisis dan pemantauan atmosfer, masyarakat diimbau untuk mewaspadai curah hujan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang di berbagai daerah, terutama wilayah timur dan selatan Indonesia.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyampaikan bahwa cuaca Indonesia dalam sepekan ini dipengaruhi oleh berbagai fenomena atmosfer skala regional dan global. Salah satunya adalah aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), yakni gelombang intraseasonal yang membawa peningkatan curah hujan saat melintasi wilayah tropis Indonesia.
“Selama sepekan ke depan, wilayah Indonesia berpotensi dipengaruhi oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang diprediksi aktif di Samudra Hindia barat Sumatera, Papua Selatan, dan Laut Arafura bagian selatan,” ujar Andri.
Wilayah yang Berpotensi Diguyur Hujan Lebat
Pada periode 15-17 April 2025, sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami cuaca berawan hingga hujan ringan. Namun, terdapat sejumlah daerah yang perlu meningkatkan kewaspadaan akibat potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat dan petir. Wilayah tersebut mencakup:
Sumatera Utara
Lampung
Nusa Tenggara Timur (NTT)
Kalimantan Tengah
Kalimantan Utara
Maluku
Papua Barat Daya
Papua Pegunungan
Papua Selatan
BMKG juga mencatat adanya potensi angin kencang di beberapa daerah selama periode yang sama, khususnya di Maluku dan Papua Selatan. Kondisi ini diperkirakan dapat meningkatkan risiko pohon tumbang, kerusakan infrastruktur ringan, serta terganggunya aktivitas transportasi darat, laut, dan udara.
Memasuki periode 18-21 April 2025, cuaca ekstrem diprediksi masih berlanjut dengan pola yang relatif sama. Hujan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat diprakirakan terjadi di:
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Papua Barat
Papua Pegunungan
Papua
Sementara itu, angin kencang berpotensi melanda wilayah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan selama periode tersebut.
Potensi Siklon Tropis dan Sirkulasi Atmosfer
Selain MJO, BMKG mengamati keberadaan dan perkembangan dua bibit siklon tropis, yaitu 96S dan 97S. Bibit Siklon Tropis 96S diperkirakan mengalami penguatan dalam waktu 48 hingga 72 jam mendatang, dengan kecepatan angin lebih dari 35 knot dan bergerak menjauh ke arah barat hingga barat daya dari wilayah Indonesia.
“Potensinya untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada pada kategori sedang hingga tinggi,” jelas Andri Ramdhani.
Sementara itu, Bibit Siklon Tropis 97S masih terpantau stasioner di sekitar Laut Arafura. Meski demikian, potensi pertumbuhannya menjadi siklon tropis dalam 24 hingga 72 jam ke depan masih berada dalam kategori rendah. Kendati kedua sistem tersebut belum sepenuhnya terbentuk menjadi siklon tropis aktif, BMKG terus memantau pergerakan dan dampak tidak langsungnya terhadap pola cuaca nasional.
Di samping itu, BMKG juga mengidentifikasi sejumlah sirkulasi siklonik yang memengaruhi dinamika atmosfer di Tanah Air, termasuk di perairan selatan Banten, Laut Natuna, dan Papua bagian selatan. Kondisi ini berkontribusi terhadap terbentuknya daerah perlambatan kecepatan angin atau shearline dan daerah konvergensi angin yang memanjang dari Samudra Hindia barat Banten hingga Lampung barat serta dari Laut Cina Selatan hingga Laut Jawa bagian barat.
Fenomena tersebut memperbesar kemungkinan terjadinya hujan lebat di beberapa wilayah akibat meningkatnya aktivitas konvektif atau pembentukan awan hujan. "Kondisi atmosfer yang labil dan mendukung proses konvektif lokal terpantau di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua," kata Andri.
Dampak dan Imbauan untuk Masyarakat
Dengan meningkatnya intensitas hujan dan potensi angin kencang, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan genangan air, terutama di wilayah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap cuaca ekstrem.
Pemerintah daerah dan instansi terkait juga diminta untuk bersiaga dan memperbarui informasi cuaca dari BMKG secara berkala agar dapat mengantisipasi potensi bencana dengan lebih baik. BMKG menyediakan layanan informasi cuaca melalui aplikasi resmi InfoBMKG, website www.bmkg.go.id, serta media sosial resminya.
“Informasi cuaca dan peringatan dini sangat penting agar masyarakat bisa lebih siap dan tidak panik dalam menghadapi potensi bencana akibat cuaca ekstrem,” ujar Andri.
Selain itu, BMKG mengingatkan bahwa bulan April masih berada dalam masa aktif musim siklon tropis di belahan bumi selatan. Oleh karena itu, potensi gangguan cuaca yang disebabkan oleh sistem tekanan rendah dan siklon tropis masih cukup besar dan perlu diwaspadai dalam beberapa minggu ke depan.
Dengan berbagai potensi cuaca ekstrem yang sedang berkembang, masyarakat Indonesia diimbau untuk tidak menganggap remeh perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba dan tetap memperhatikan keselamatan diri serta keluarga. Kesiapsiagaan dan langkah mitigasi menjadi kunci dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin tidak menentu.