Bank Indonesia

Siasati Dampak Tarif Trump, Bank Indonesia Fokus Tingkatkan Investasi dan UMKM di Jawa Tengah

Siasati Dampak Tarif Trump, Bank Indonesia Fokus Tingkatkan Investasi dan UMKM di Jawa Tengah
Siasati Dampak Tarif Trump, Bank Indonesia Fokus Tingkatkan Investasi dan UMKM di Jawa Tengah

JAKARTA - Ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa produk Indonesia, termasuk sektor ekspor, memaksa Bank Indonesia (BI) untuk mencari solusi domestik guna menjaga stabilitas ekonomi. Salah satu upaya yang diambil oleh BI adalah dengan mendorong peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga melalui sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Penerapan tarif yang diperkenalkan oleh pemerintahan Donald Trump ini berdampak langsung pada kegiatan ekspor impor Indonesia, terutama yang melibatkan produk-produk unggulan. Hal ini mengharuskan berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia, untuk beradaptasi dengan realitas ekonomi yang berubah. Dalam menghadapi tantangan tersebut, BI Jawa Tengah memilih untuk menitikberatkan fokus pada sektor domestik melalui pengembangan UMKM dan sektor investasi.

Pada Senin, 5 Mei 2025, Bank Indonesia Jawa Tengah menggelar acara bertajuk Central Java Investment Business Forum (CJIBF) yang diadakan di Hotel Tentrem Semarang. Forum ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem ekonomi daerah dan membuka peluang kerjasama investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, dan Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi.

Tema yang diangkat dalam forum tersebut adalah "Central Java Rising: Connecting Heritage, Investment, and Trade for Sustainable Growth". Forum ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting internasional, termasuk Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Tarikul Islam; Duta Besar Belarus untuk Indonesia, Raman Ramanouski; Konsul Jenderal Australia untuk Surabaya, Glen Askew; dan Deputi Direktur Hubungan Komersial Kantor Ekonomi dan Perdagangan Hong Kong, Stanley Wan.

Pencapaian dan Komitmen Awal

Rahmat Dwisaputra, Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa forum ini berhasil membuahkan sejumlah komitmen awal (letter of intent/LOI) untuk kerjasama investasi di berbagai sektor. Dalam laporan yang disampaikan, tercatat 16 LOI yang melibatkan berbagai perusahaan, termasuk industri tekstil dan produk teh Tambi. "Dari perusahaan tekstil, kita mencatat komitmen investasi sebesar Rp 200 miliar. Sedangkan dari teh Tambi, ada kerjasama senilai 600 ribu dolar AS. Totalnya ada 16 LOI yang sudah tercatat," ujar Rahmat Dwisaputra.

Acara ini juga menjadi wadah untuk mempertemukan berbagai pelaku bisnis yang dapat saling mendukung untuk menciptakan sinergi yang lebih baik dalam dunia perdagangan dan investasi. Kehadiran para diplomat dari berbagai negara semakin memperluas cakupan peluang kerjasama yang dapat direalisasikan di Jawa Tengah.

Fokus Hilirisasi Pertanian dan Penguatan UMKM

Salah satu tema yang cukup dominan dalam diskusi forum ini adalah pentingnya hilirisasi pertanian untuk memperkuat sektor manufaktur di Jawa Tengah. Rahmat Dwisaputra menekankan, sektor industri manufaktur, terutama makanan dan minuman, merupakan kontributor terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah. "Dari 46% kontribusi industri manufaktur, hampir setengahnya berasal dari industri makanan dan minuman. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan besar dalam perekonomian kita," jelas Rahmat.

Mengarah pada visi besar Presiden Indonesia mengenai swasembada pangan, BI memberikan usulan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih fokus pada hilirisasi produk pertanian. Hal ini bertujuan agar produk pertanian bisa diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah yang dapat meningkatkan daya saing di pasar global.

Untuk mendukung sektor ini, BI juga mempromosikan UMKM di bidang kuliner, kopi, furnitur, serta kerajinan tangan (handicraft) yang dipamerkan dalam rangkaian acara UMKM Gayeng yang digelar di Paragon Mall Semarang. "Kami ingin mengembangkan ekosistem dari hulu ke hilir, misalnya dalam sektor kopi. Kami telah mengadakan dua kali acara terkait kopi, yang bertujuan mengembangkan sektor petani kopi hingga ke kafe-kafe dan barista," imbuh Rahmat.

Sejak dimulai pada 1 Mei 2025, UMKM Gayeng berhasil mencatatkan transaksi yang signifikan. Hingga tanggal 4 Mei 2025, total transaksi yang tercatat mencapai Rp 500 juta. "Hasilnya cukup baik. Sampai tanggal 4 Mei, sudah ada transaksi sekitar Rp 500 juta. Ini menunjukkan bahwa UMKM kita memiliki potensi besar dalam memajukan perekonomian lokal," kata Rahmat.

Sinergi untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dalam mendorong pertumbuhan investasi yang inklusif dan berkelanjutan. Menurutnya, forum tahunan CJIBF memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan investasi di Jawa Tengah. "Forum ini bukan hanya sekadar pertemuan antara pelaku bisnis, tetapi juga menjadi ajang diskusi yang produktif. Beberapa perusahaan sudah melakukan kesepakatan untuk kerja sama antara perusahaan, antarwilayah, bahkan antarnegara," ujar Gubernur Luthfi.

Melalui acara ini, diharapkan tidak hanya tercipta kerjasama dalam hal perdagangan dan investasi, tetapi juga terjalin hubungan yang lebih erat antara pelaku usaha di Jawa Tengah dengan mitra luar negeri. Hal ini tentunya dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan daya saing produk-produk lokal.

Menatap Masa Depan Ekonomi Jawa Tengah

Dengan latar belakang ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti kebijakan tarif AS dan fluktuasi pasar internasional, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya untuk mengoptimalkan potensi sektor domestik. Peningkatan investasi dan pemberdayaan UMKM menjadi dua pilar utama yang diharapkan dapat membawa Jawa Tengah pada posisi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

"Melalui kerjasama ini, kami berharap dapat memperkuat struktur ekonomi daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," tutup Rahmat Dwisaputra.

Ke depan, dengan adanya program dan inisiatif seperti CJIBF dan UMKM Gayeng, Jawa Tengah diharapkan dapat menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih resilient, mampu bertahan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang semakin kompleks.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index