JAKARTA - Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini menghadapi tantangan finansial yang semakin kompleks. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pandemi COVID-19, perang dagang antarnegara, hingga konflik geopolitik, generasi ini harus mempersiapkan masa depan finansialnya dalam situasi yang penuh ketidakstabilan.
Ketidakpastian ini tercermin dalam fluktuasi kurs mata uang, harga emas, serta naik-turunnya pasar saham yang sulit diprediksi. Data terbaru menunjukkan bahwa pada awal Mei 2025, kurs rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp15.200 per dolar AS, sementara harga emas mencapai Rp1.020.000 per gram. Di pasar saham, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami fluktuasi signifikan, bergerak antara 6.700 hingga 7.200 dalam waktu relatif singkat. Hal ini menambah tantangan bagi Generasi Z dalam merencanakan keuangan mereka, mengingat ketidakpastian yang ada.
Masalah Utama: Kurangnya Literasi Keuangan
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh Generasi Z adalah rendahnya pemahaman mereka tentang literasi keuangan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2024, tingkat literasi keuangan di kalangan generasi muda masih berada di angka 40%. Angka ini menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang tidak siap menghadapi tantangan ekonomi global, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan uang secara bijak dan investasi jangka panjang.
Kurangnya literasi keuangan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah minimnya edukasi keuangan yang diberikan sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal. Di sekolah, pendidikan keuangan sering kali terbatas pada teori tanpa melibatkan praktik nyata, sehingga generasi muda kesulitan memahami konsep-konsep ekonomi secara mendalam.
Keputusan Finansial Impulsif dan Konsumtif
Akibat dari rendahnya literasi keuangan ini, banyak anggota Generasi Z cenderung membuat keputusan keuangan secara impulsif. Kebiasaan ini terlihat dalam tren konsumtif yang semakin meningkat, di mana banyak dari mereka lebih memilih gaya hidup konsumtif, seperti sering belanja online atau mengikuti tren konsumsi instan, dibandingkan dengan memikirkan investasi jangka panjang atau menabung.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi yang ditambah dengan tingginya volatilitas pasar membuat banyak generasi muda terjebak dalam investasi spekulatif, seperti cryptocurrency, tanpa memahami sepenuhnya risiko yang terkandung di dalamnya. Hal ini semakin memperburuk kondisi keuangan mereka, karena investasi yang kurang bijak justru dapat merugikan di tengah ketidakstabilan pasar.
Dampak Inflasi terhadap Daya Beli
Kondisi ketidakstabilan ekonomi global juga berkontribusi terhadap kesulitan yang dihadapi oleh Generasi Z dalam meraih kestabilan finansial. Inflasi yang tinggi, seperti yang terjadi pada tahun 2024, dengan inflasi mencapai angka 4,5%, secara langsung melemahkan daya beli mereka, terutama dalam hal pembelian properti dan kebutuhan pokok. Selain itu, ketidakpastian global dan kenaikan harga barang serta bahan bakar menyebabkan pengeluaran rumah tangga menjadi lebih besar, yang tentu saja memengaruhi pengelolaan keuangan mereka.
Solusi untuk Menghadapi Tantangan Finansial
Salah satu solusi terbaik yang dapat membantu Generasi Z dalam menghadapi tantangan keuangan adalah dengan meningkatkan literasi keuangan sejak usia muda. Pendidikan keuangan yang menyeluruh harus diterapkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan ini harus diintegrasikan dengan praktik langsung agar generasi muda dapat memahami konsep-konsep keuangan secara nyata.
Bagi pelajar tingkat SMP, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memperkenalkan konsep dasar menabung melalui praktik nyata, seperti dengan mengadakan tabungan kelas atau koperasi sekolah. Selain itu, penting untuk memberikan edukasi tentang pengelolaan uang harian melalui pemberian uang saku dan diskusi praktis tentang cara mengelola pengeluaran.
Untuk siswa SMA, pendekatan yang lebih konkret bisa diterapkan dengan melibatkan mereka dalam kegiatan kewirausahaan sederhana, seperti bazar sekolah atau bisnis online kecil-kecilan. Program magang singkat di perusahaan lokal juga bisa memperkenalkan mereka pada dunia kerja sekaligus memberikan pembelajaran langsung mengenai pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak.
Bagi mahasiswa, pelatihan tentang investasi yang lebih mendalam sangat dibutuhkan. Pendidikan mengenai investasi saham, reksadana, dan instrumen digital lainnya harus rutin dilakukan di kampus. Kerja sama antara universitas dan lembaga keuangan untuk mengadakan seminar serta workshop mengenai investasi dan pengelolaan keuangan pribadi juga sangat penting untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan finansial di masa depan.
Peran Pemerintah dan Orang Tua
Pemerintah, melalui lembaganya seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga harus memperkenalkan instrumen investasi yang lebih aman, transparan, dan mudah dipahami oleh Generasi Z. Kampanye kesadaran finansial berbasis digital yang memanfaatkan platform media sosial juga dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam meningkatkan literasi keuangan di kalangan generasi muda.
Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam memberikan contoh langsung dalam mengelola keuangan. Diskusi terbuka mengenai kondisi ekonomi keluarga, investasi, dan perencanaan keuangan jangka panjang bisa menjadi langkah awal yang efektif dalam mendidik generasi muda. Orang tua harus membiasakan anak-anak mereka dengan kebiasaan finansial yang sehat, seperti mencatat pengeluaran harian, menabung, dan berinvestasi.
Membangun Kebiasaan Finansial yang Sehat
Generasi Z sendiri perlu membangun kebiasaan finansial yang sehat sejak dini. Kebiasaan ini bisa dimulai dengan mencatat pengeluaran sehari-hari, menetapkan target menabung atau investasi rutin, dan menghindari godaan konsumsi berlebihan yang sering muncul akibat gaya hidup instan. Mereka juga perlu aktif mencari informasi tambahan tentang keuangan melalui platform digital yang terpercaya dan mengikuti komunitas finansial yang positif di media sosial.
Dengan kebiasaan ini, Generasi Z bisa mengelola keuangan mereka lebih bijaksana, sekaligus mempersiapkan masa depan finansial yang lebih stabil dan sejahtera.
Tantangan finansial yang dihadapi Generasi Z saat ini sangat kompleks, terutama di tengah ketidakstabilan ekonomi global yang terus berfluktuasi. Untuk menghadapinya, diperlukan peningkatan literasi keuangan sejak dini, yang melibatkan pendidikan formal dan praktik langsung yang relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu, akses terhadap instrumen investasi yang aman dan transparan juga harus diberikan untuk membantu mereka merencanakan masa depan finansial mereka dengan lebih baik.
Pendidikan finansial yang tepat, dukungan dari orang tua, dan kebijakan pemerintah yang mendukung adalah kunci untuk membantu Generasi Z mengatasi tantangan ekonomi ini. Dengan cara ini, mereka bisa lebih siap menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian ekonomi dan mencapai kestabilan finansial jangka panjang.