Investasi

Investasi Cina Rp162 Triliun Mulai Mengalir ke Indonesia, Rosan Roeslani Pastikan Proyek Lintas Sektor Segera Dijalankan

Investasi Cina Rp162 Triliun Mulai Mengalir ke Indonesia, Rosan Roeslani Pastikan Proyek Lintas Sektor Segera Dijalankan
Investasi Cina Rp162 Triliun Mulai Mengalir ke Indonesia, Rosan Roeslani Pastikan Proyek Lintas Sektor Segera Dijalankan

JAKARTA - Pemerintah Indonesia mulai merealisasikan investasi besar dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) senilai US$10 miliar atau sekitar Rp162,7 triliun, sebagai hasil dari kunjungan Perdana Menteri Cina Li Qiang ke Jakarta pada Sabtu, 24 Mei 2025. Realisasi investasi ini menandai kelanjutan kerja sama strategis antara dua negara yang telah menjalin hubungan diplomatik selama lebih dari tujuh dekade, dan kini memasuki fase implementasi yang menyasar sektor-sektor unggulan nasional.

Kunjungan resmi tersebut disambut secara langsung oleh Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Investasi yang telah disepakati sebelumnya ini menyasar berbagai sektor prioritas dan telah mulai berjalan dalam beberapa proyek strategis yang tersebar di wilayah Indonesia.

Dalam agenda kunjungan tersebut, sejumlah peluang kerja sama baru turut dibahas, terutama di bidang transportasi, klaster industri, hilirisasi mineral, hingga sektor kimia. Pemerintah Indonesia melihat peluang tersebut sebagai bagian dari upaya memperluas basis industri domestik dan memperkuat kemandirian ekonomi nasional melalui transformasi industri berbasis sumber daya lokal.

Sejumlah proyek konkret hasil kerja sama bilateral ini mencakup pengembangan sarana transportasi seperti gerbong kereta api, pembangunan industri baterai kendaraan listrik, serta penguatan industri kimia yang menjadi bagian penting dari rantai pasok global. Kolaborasi ini tidak hanya melibatkan sektor pemerintah, tetapi juga menjangkau perusahaan swasta, BUMN, dan mitra asing yang telah menjalin kerja sama dengan Indonesia di bidang investasi.

Implementasi investasi lintassektor ini dipandang sebagai langkah penting untuk mendorong hilirisasi sumber daya alam dalam negeri. Pemerintah Indonesia menekankan bahwa pendekatan hilirisasi akan memperkuat ketahanan industri nasional dengan meningkatkan nilai tambah dari komoditas yang dimiliki. Hal ini juga diyakini mampu membuka lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan pada bahan mentah, dan meningkatkan posisi daya saing Indonesia dalam perdagangan internasional.

Dalam hubungan kerja sama ini, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengawal realisasi investasi agar tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan target pembangunan nasional. Pendekatan kolaboratif lintas lembaga dan sektor terus diperkuat guna memastikan proyek-proyek strategis berjalan sesuai jadwal, sekaligus menghasilkan manfaat nyata bagi perekonomian nasional.

Selain isu-isu ekonomi, aspek hubungan luar negeri juga menjadi perhatian dalam kunjungan ini. Pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa kerja sama dengan Cina akan difokuskan pada penguatan kemitraan bilateral yang saling menguntungkan, terutama dalam kerangka stabilitas kawasan. Fokus ini mencerminkan pendekatan Indonesia yang konsisten menjaga keseimbangan diplomatik di tengah dinamika geopolitik global.

Pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Li Qiang di Istana Merdeka pada hari yang sama turut menghasilkan sejumlah kesepahaman yang akan dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) sebagai bukti komitmen kedua negara dalam memperkuat kemitraan strategis. Setelah pertemuan, kedua pemimpin dijadwalkan menggelar konferensi pers bersama untuk menyampaikan hasil pembicaraan yang telah dilakukan.

Hubungan Indonesia dan Cina yang telah terjalin selama lebih dari 70 tahun terus menunjukkan perkembangan dinamis. Dalam beberapa tahun terakhir, Cina menjadi mitra dagang dan investasi terbesar bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan yang terus meningkat setiap tahunnya. Investasi dari negeri tirai bambu juga mencakup berbagai sektor, mulai dari infrastruktur, energi, manufaktur, hingga teknologi informasi.

Kunjungan resmi Perdana Menteri Li Qiang kali ini dinilai sebagai momentum penting untuk mempererat kembali kemitraan strategis komprehensif yang telah dibangun. Dalam berbagai kesempatan, Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa hubungan bilateral dengan Cina memiliki arti strategis dalam menciptakan stabilitas, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan penguatan posisi Indonesia dalam peta ekonomi Asia Pasifik.

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa hubungan kedua negara memiliki peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan Asia. Menurutnya, kerja sama yang kuat antara Indonesia dan Cina berpotensi menentukan arah perkembangan kawasan di tengah tantangan global yang kian kompleks.

Indonesia-China Business Reception 2025 yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, menjadi bagian dari rangkaian kegiatan kunjungan ini. Forum ini dihadiri oleh pejabat tinggi negara, pelaku industri dari kedua negara, serta perwakilan sektor swasta yang terlibat dalam kerja sama bilateral. Forum ini juga menjadi wadah pertukaran gagasan dan pemetaan peluang investasi yang lebih besar di masa mendatang.

Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Indonesia kembali menegaskan pentingnya memperluas kemitraan lintas sektor yang berbasis prinsip mutual benefit. Dengan pendekatan ini, seluruh pihak yang terlibat diharapkan memperoleh keuntungan yang adil serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Di sisi lain, pemerintah juga tidak mengesampingkan tantangan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kerja sama strategis ini. Oleh karena itu, sinergi antara lembaga pemerintah, pelaku usaha, dan mitra internasional akan terus diperkuat agar semua proyek yang dirancang dapat terealisasi secara optimal, transparan, dan akuntabel.

Dalam konteks global, kemitraan Indonesia-Cina ini menjadi bagian dari strategi besar Indonesia dalam menghadapi persaingan ekonomi internasional. Dengan dukungan investasi asing langsung (FDI) dari mitra strategis seperti Cina, Indonesia diyakini mampu mempercepat transformasi industrinya dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Kehadiran PM Li Qiang di Jakarta tidak hanya menjadi simbol penguatan hubungan diplomatik, tetapi juga mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap iklim investasi dan stabilitas ekonomi Indonesia. Hal ini menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar global serta memberikan kepercayaan lebih kepada mitra internasional lainnya yang tengah menjajaki kerja sama dengan Indonesia.

Dengan dimulainya realisasi investasi jumbo dari Cina senilai Rp162 triliun, Indonesia kini memasuki babak baru dalam transformasi ekonominya. Pemerintah meyakini bahwa kerja sama ini akan memberikan dampak signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, memperluas industrialisasi, dan menciptakan ekosistem yang mendukung kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index