JAKARTA - Di tengah dominasi transportasi berbasis aplikasi di Kota Balikpapan, keberadaan angkutan kota (angkot) tetap menjadi bagian penting dari wajah transportasi publik. Meski perlahan terpinggirkan oleh layanan daring yang lebih praktis, sopir-sopir angkot menunjukkan tekad luar biasa untuk terus melayani masyarakat dengan moda konvensional ini.
Ketua Perserikatan Transportasi Angkot Balikpapan, Anton Sihombing, menuturkan bahwa masih terdapat sejumlah trayek yang aktif meskipun operasionalnya terbatas. "Masih ada trayek 1, 2, 3, 5, 6, 7, dan 8 yang beroperasi, tetapi sebagian hanya jalan pada hari Senin dan Kamis," ujar Anton sambil menunjuk ke barisan angkot yang terparkir.
Suasana pangkalan angkot di beberapa titik kota memang tak seramai dulu. Banyak unit yang hanya menunggu penumpang tanpa kepastian, namun semangat bertahan tak pernah surut dari wajah para sopir yang menggantungkan hidup dari pekerjaan ini.
Kenangan Masa Kejayaan Angkot Balikpapan
Bagi Anton dan rekan-rekan seprofesi, masa kejayaan angkot di Balikpapan bukanlah cerita asing. Ia mengenang era 1990-an hingga sekitar 2017 sebagai masa emas angkot yang kala itu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga kota.
"Balikpapan pernah jadi rujukan. Sekarang malah Manado punya ikon angkot yang lebih baik," katanya. Menurutnya, pada masa tersebut, sistem angkot Balikpapan menjadi salah satu yang paling tertata di Indonesia. Bahkan Kota Manado pernah datang melakukan studi banding untuk mempelajari pengelolaan trayek dan sistem transportasi yang ada.
Angkot kala itu bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian dari wajah kota yang mendukung berbagai capaian, termasuk penghargaan Adipura yang pernah diterima Balikpapan. Kondisi saat ini menjadi kontras yang cukup tajam, namun Anton masih berharap pada kebangkitan moda ini jika mendapat dukungan yang memadai.
Dinamika Kehidupan Sehari-hari di Pangkalan
Di balik roda-roda yang tetap berputar, kehidupan sopir angkot menyimpan banyak cerita. Anton menyebut banyak pengemudi yang kini hanya bisa mengoperasikan mobilnya di hari-hari tertentu karena sepinya penumpang.
“Untuk kehidupan saja susah. Kadang hanya cukup untuk bayar setoran mobil. Yang penting anak di rumah bisa makan,” tuturnya lirih.
Kondisi serupa dirasakan Rustam, salah satu sopir angkot lainnya. Ia mengaku dalam sehari hanya bisa mendapatkan satu atau dua penumpang saja, dan itu pun tidak selalu. "Kadang-kadang malah kosong. Tapi bensin tetap keluar Rp100 ribu per hari, sementara tarif penumpang Rp10 ribu sekali jalan," ungkap Rustam.
Meski pendapatan tak menentu, mereka tetap menjalankan profesi ini dengan tanggung jawab. Tak sedikit yang tetap memilih bertahan demi menjaga mata pencaharian dan harapan akan kembalinya kejayaan angkot di kota ini.
Persaingan dan Tantangan yang Dihadapi
Kehadiran layanan transportasi daring memang membawa perubahan besar dalam pola mobilitas masyarakat. Kepraktisan dalam pemesanan, transparansi tarif, dan kenyamanan menjadi alasan utama pergeseran pengguna dari angkot ke ojek dan taksi online.
Namun, tidak semua kalangan memiliki akses atau preferensi terhadap moda baru tersebut. Dalam konteks inilah, angkot tetap memiliki peran, terutama bagi masyarakat yang masih menggantungkan perjalanan mereka pada transportasi yang tarifnya lebih terjangkau dan bisa dijangkau langsung dari jalan.
Selain persaingan, angkot juga menghadapi tantangan internal seperti usia kendaraan yang semakin tua, pengelolaan trayek yang belum terintegrasi, serta minimnya peremajaan armada. Kondisi ini membuat angkot kian sulit bersaing secara kualitas dengan transportasi modern.
Harapan untuk Dukungan dan Solusi Berkelanjutan
Para sopir angkot di Balikpapan terus berharap adanya perhatian dari pemerintah kota dan DPRD. Mereka merasa, sebagai bagian dari sejarah transportasi kota, angkot layak mendapat ruang untuk tetap eksis dan berkembang.
“Sekali-kali anggota dewan datanglah ke pangkalan angkot ini. Dulu angkot adalah ikon Balikpapan,” ujar Anton menyampaikan harapannya.
Peluang untuk mengintegrasikan angkot ke dalam sistem transportasi publik yang lebih modern dan terorganisir masih terbuka lebar. Dengan pendekatan kebijakan yang adaptif dan proaktif, peran angkot bisa kembali diperkuat dalam melayani warga kota, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh moda daring atau bus rapid transit.
Upaya untuk mempertahankan keberadaan angkot tidak hanya soal menjaga pekerjaan sopir, tetapi juga bagian dari merawat keberagaman moda transportasi dalam menghadapi dinamika kota yang terus berkembang.