JAKARTA - Sebuah terobosan di bidang kecantikan berbasis lingkungan dikembangkan oleh dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Melalui riset kolaboratif, mereka menciptakan masker wajah berbahan dasar limbah rumah tangga berupa cangkang telur dan tanaman lidah buaya. Produk inovatif yang dinamai Bio-Galvera ini tidak hanya menjanjikan manfaat untuk kulit, tapi juga menjadi bentuk pemanfaatan sampah rumah tangga secara kreatif dan berkelanjutan.
Riset ini dipimpin oleh Dr. apt. Isnaeni, MS, bersama apt. Annisa Kartika Sari, S.Farm., M.Farm., dan dua mahasiswi, Siti Rohmatul Laila serta Elok Siti Nurjannah. Program ini memperoleh dukungan dari Riset Muhammadiyah dengan pendanaan sebesar Rp10 juta.
“Kami ingin menghadirkan produk yang bermanfaat untuk kulit, tetapi juga berasal dari bahan alami yang sering dianggap sampah,” ujar Isnaeni.
Komposisi Bio-Galvera dan Proses Produksi
Produk masker bubuk ini menggabungkan sejumlah bahan alami yang telah diproses secara ilmiah. Cangkang telur yang mengandung mineral dan kolagen tinggi, dikeringkan lalu digiling hingga menjadi serbuk halus. Serbuk ini kemudian dikombinasikan dengan ekstrak lidah buaya yang kaya antioksidan, probiotik, tepung beras, polyvinyl alcohol, dan gliserin.
Setiap bahan ditakar sesuai dengan komposisinya, kemudian dicampurkan dan dikeringkan menggunakan oven bersuhu rendah, maksimal 40 derajat Celsius. Hal ini dilakukan untuk menjaga kandungan aktif di dalam bahan agar tetap efektif ketika diaplikasikan ke kulit.
“Seluruh bahan ditimbang sesuai komposisi, dicampur, dan kemudian dikeringkan menggunakan oven bersuhu rendah maksimal 40 derajat Celsius agar tidak merusak kandungan aktifnya,” jelas Annisa.
Manfaat Masker dan Hasil Uji Kualitas
Bio-Galvera diklaim memiliki sejumlah manfaat untuk perawatan kulit wajah. Selain mengencangkan kulit, produk ini juga membantu meningkatkan elastisitas dan hidrasi, meredakan peradangan, serta mendorong regenerasi sel. Kandungan probiotik di dalamnya berfungsi menjaga perlindungan alami kulit dari paparan luar.
Kelebihan lain dari masker ini adalah sifat alir dan kelembapannya yang baik, sesuai dengan standar masker bubuk pada umumnya. Dalam pengujian laboratorium, partikel halus (fines) dari Bio-Galvera hanya sebesar 9,8 persen, lebih rendah dari batas maksimal masker bubuk yang ditetapkan, yakni 10 persen.
“Lidah buaya ini bisa melembabkan dan sebagai anti iritasi juga,” tambah Annisa.
Edukasi Lingkungan Lewat Produk Kecantikan
Lebih dari sekadar produk kosmetik, Bio-Galvera juga bertujuan mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam memanfaatkan limbah rumah tangga. Melalui pemanfaatan bahan seperti cangkang telur yang umumnya dibuang, riset ini membuka pandangan baru bahwa limbah dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis dan bermanfaat secara estetika.
Menurut Annisa, kehadiran Bio-Galvera tidak hanya ditujukan untuk pasar komersial, tapi juga untuk mengajak masyarakat agar bisa membuat produk sejenis secara mandiri.
“Ke depan, kami akan kenalkan Bio-Galvera kepada masyarakat agar mereka juga bisa membuat atau menggunakan produk berbahan alami ini,” ucapnya.
UM Surabaya Siapkan Langkah Produksi dan Paten
Dukungan penuh terhadap pengembangan Bio-Galvera datang dari pihak kampus. Dekan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dede Nasrullah, menyampaikan bahwa kolaborasi seperti ini sejalan dengan visi kampus dalam mendorong inovasi yang memberi manfaat langsung ke masyarakat. Ia memastikan bahwa proses produksi masker ini akan menggunakan bahan-bahan tersertifikasi halal dan telah dirancang untuk siap dipasarkan secara luas.
“Kami sudah mempersiapkan produk ini dengan memakai bahan baku yang tersertifikasi halal. Sehingga ke depan sudah siap di produksi dan dipasarkan. Kami juga akan segera mengurus hak patennya,” ungkap Dede.