Hatchery Swasta Jadi Motor Penggerak Industri Udang Nasional

Jumat, 03 Oktober 2025 | 09:05:41 WIB
Hatchery Swasta Jadi Motor Penggerak Industri Udang Nasional

JAKARTA - Peran sektor swasta dalam mengembangkan hatchery udang semakin nyata. Dukungan penuh pemerintah terhadap pembenihan udang berkualitas menjadi strategi penting untuk memperkuat daya saing sekaligus membuka peluang ekspor lebih luas di pasar global.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan, keberadaan hatchery yang dikelola swasta mampu menjawab kebutuhan benih unggul sekaligus menciptakan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar. Hal ini sekaligus sejalan dengan upaya menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen utama udang dunia.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP TB Haeru Rahayu (Tebe) menekankan, pembenihan berkualitas memegang peran vital. Dari kualitas benur inilah keberhasilan panen hingga daya saing udang Indonesia ditentukan.

“Pembenihan berkualitas berperan besar mendukung produktivitas udang nasional dari sisi hasil panen maupun daya saing,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta.

Menjawab Kebutuhan Benih dan Lapangan Kerja

Tebe menyampaikan, salah satu hatchery yang sudah menonjol adalah Post Larva Haji Agus (PLHA) di Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Unit pembenihan ini tidak hanya menghasilkan benur unggul, tetapi juga memberikan dampak nyata berupa penyerapan tenaga kerja.

“Kehadiran Post Larva Haji Agus (PLHA) tidak hanya menjawab kebutuhan benih bermutu, tetapi juga membuka lapangan kerja dan memberi manfaat bagi masyarakat lokal. Ini baik sekali untuk mendukung industri udang kita,” kata Tebe.

PLHA menjadi contoh bagaimana investasi di sektor perikanan dapat memberikan manfaat berlapis. Selain menyokong produktivitas industri udang, keberadaannya juga menghidupkan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi hatchery.

Indonesia di Peta Industri Udang Global

Dari sisi pasar, peluang pengembangan hatchery terbuka lebar. Data menunjukkan, nilai pasar udang global mencapai 64,9 miliar dolar AS pada 2024, setara Rp1.077,9 triliun. Angka tersebut menjadi dorongan kuat bagi Indonesia untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Tebe mengungkapkan, Indonesia saat ini berada di peringkat kelima produsen udang dunia setelah China, Vietnam, Ekuador, dan India. Adapun pasar utama ekspor udang nasional adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan China.

“Negara-negara pembeli kini sangat ketat dalam menilai mutu dan ketertelusuran produk. Oleh karena itu, benih yang bermutu menjadi kunci menghasilkan udang berkualitas dan kompetitif di pasar global,” jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, dukungan terhadap hatchery swasta dinilai sangat relevan untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah persaingan ketat.

Inovasi dan Komitmen Lingkungan

Pemilik PLHA, Agus, menuturkan bahwa tingginya permintaan benih udang menjadi pendorong utama pembangunan hatchery. Baginya, usaha ini tidak sekadar bisnis, tetapi juga bagian dari peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar.

“Selain membuka lapangan kerja, hatchery ini kami kelola sebagai penyedia benur andal dan berkualitas secara konsisten,” kata Agus.

PLHA diketahui telah merekrut lebih dari 60 persen tenaga kerja dari warga lokal. Selain itu, manajemen juga memperhatikan aspek lingkungan melalui pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan usaha tetap sejalan dengan tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan.

Peran Hatchery Lokal di Lampung

Lampung sebagai salah satu pusat perikanan nasional tidak hanya memiliki PLHA, tetapi juga hatchery swasta lain. Salah satunya adalah milik Uus di Kalianda, Lampung Selatan.

Menurut Uus, keberhasilan usahanya tidak lepas dari penggunaan induk Udang Nusa Dewa hasil inovasi Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya, Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIUUK) Karangasem.

Dengan induk tersebut, hatchery Uus mampu memproduksi hingga 90 juta ekor nauplii udang Nusa Dewa setiap bulan. Hasilnya tidak hanya memenuhi pasar domestik hingga Aceh, tetapi juga menjangkau konsumen di Singapura.

Keunggulan Benih Udang Nusa Dewa

Uus menjelaskan, benih udang Nusa Dewa memiliki keunggulan daya tahan tinggi serta pertumbuhan yang cepat. Kondisi ini membuatnya diminati pasar dalam dan luar negeri.

“Tingkat keaktifannya mencapai 90 persen. Bahkan ketika dibandingkan dengan benur dari Vietnam dan India, hasilnya tetap lebih unggul karena pertumbuhannya lebih rata dan stabil,” kata Uus.

Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa inovasi lokal mampu bersaing dengan produk global. Jika terus diperkuat, bukan tidak mungkin Indonesia bisa naik peringkat sebagai produsen utama udang dunia.

Dukungan Program Ekonomi Biru

Pemerintah melalui KKP sebelumnya juga telah menekankan pentingnya peningkatan produksi dan kualitas hasil perikanan dengan mengusung konsep ekonomi biru. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut strategi ini menjadi landasan memperkuat daya saing produk kelautan dan perikanan.

Ekonomi biru mendorong pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, ramah lingkungan, serta berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hatchery udang yang dikembangkan secara berkelanjutan menjadi salah satu contoh nyata penerapan strategi tersebut.

Dengan kombinasi inovasi teknologi, kolaborasi pemerintah, serta peran aktif swasta, industri udang nasional berpeluang besar menembus pasar global secara lebih kuat.

Hatchery swasta kini terbukti menjadi motor penting dalam mendukung industri udang nasional. Kehadirannya bukan hanya menghasilkan benih berkualitas, tetapi juga membuka lapangan kerja, mendorong inovasi, dan menjaga lingkungan.

Dukungan pemerintah melalui KKP semakin memperkuat optimisme bahwa Indonesia mampu memperbesar kontribusinya di pasar udang global. Dengan sinergi yang solid antara swasta, asosiasi, dan pemerintah, cita-cita menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri udang internasional bukanlah hal yang mustahil.

Terkini