JAKARTA — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali membuat gebrakan besar dalam pembangunan infrastruktur transportasi. Pada tahun 2025 mendatang, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan akan mereaktivasi 11 jalur kereta api yang telah lama mangkrak di berbagai wilayah provinsi tersebut. Langkah ini menjadi bagian dari upaya strategis meningkatkan konektivitas, efisiensi mobilitas masyarakat, dan pemerataan ekonomi di Jawa Barat.
Program reaktivasi jalur kereta ini mendapat apresiasi luas dari masyarakat, menyusul sejumlah kebijakan populis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Termasuk di antaranya kebijakan pemutihan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor pada 2024, yang dinilai meringankan beban rakyat.
"Jadi di Jawa Barat ini ada 11 jalur kereta yang akan segera direaktivasi," ujar Gubernur Dedi Mulyadi dalam pernyataan resminya. "Ada Banjarjulang, Bandung-Ciwidey, Garut-Cikaceng, Rajaengkek-Tanjungsari, Cipatat-Padalarang," lanjutnya.
Jalur-Jalur Strategis Siap Dihidupkan Kembali
Beberapa jalur kereta api yang akan direaktivasi meliputi wilayah yang selama ini memiliki potensi ekonomi dan pariwisata tinggi, namun belum terjangkau transportasi massal yang memadai. Jalur tersebut antara lain:
-Banjar–Pangandaran–Cijulang
-Bandung–Bojongsoang–Banjaran–Soreang–Ciwidey
-Garut–Cikajang
-Rancaekek–Tanjungsari
-Padalarang–Cipatat
Proyek reaktivasi ini diharapkan mampu memangkas waktu tempuh antarwilayah, mempermudah distribusi logistik, serta mempercepat pengembangan wilayah hinterland di Jawa Barat.
Investasi Infrastruktur Kereta Capai Rp20 Triliun
Menurut Dedi, total anggaran yang dibutuhkan untuk reaktivasi seluruh jalur kereta api mangkrak serta pengembangan proyek Kereta Rel Listrik (KRL) di Bandung Raya mencapai angka fantastis, yakni sekitar Rp20 triliun.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga telah menetapkan pengembangan sistem KRL Bandung Raya sebagai prioritas pembangunan transportasi publik berbasis rel. Proyek KRL ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2026 dan akan melintasi kawasan-kawasan strategis seperti Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung.
"Nilai investasinya besar, tapi manfaatnya jauh lebih besar. Ini untuk masa depan transportasi publik Jawa Barat yang lebih efisien dan merata," tegas Dedi.
Dorong Mobilitas dan Pertumbuhan Ekonomi Regional
Langkah reaktivasi ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan layanan transportasi, tetapi juga diharapkan mampu menghidupkan kembali kawasan-kawasan ekonomi yang sebelumnya stagnan akibat kurangnya akses transportasi. Beberapa jalur yang akan dihidupkan kembali dulunya merupakan penggerak utama aktivitas industri, pertanian, dan pariwisata.
Sebagai contoh, jalur Bandung–Ciwidey pernah menjadi jalur utama pengangkutan hasil pertanian dan wisatawan menuju kawasan dataran tinggi Ciwidey yang dikenal dengan objek wisata Kawah Putih dan Perkebunan Teh Rancabali.
Sementara itu, jalur Garut–Cikajang yang berada di wilayah pegunungan Garut Selatan dulunya dikenal sebagai jalur tertinggi kereta api di Indonesia, dan kini berpotensi kembali menjadi ikon wisata sejarah dan alam.
Dapat Sambutan Positif dari Masyarakat
Masyarakat Jawa Barat menyambut baik rencana reaktivasi ini. Berbagai tanggapan positif terus mengalir melalui media sosial maupun forum-forum warga. Program ini dinilai sebagai langkah nyata dalam membangun konektivitas berbasis transportasi massal yang ramah lingkungan dan efisien.
Reaktivasi jalur kereta juga diharapkan menjadi alternatif strategis dalam mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi dan mengatasi kemacetan yang kian memburuk di wilayah perkotaan seperti Bandung dan sekitarnya.
Penataan Transportasi Jadi Prioritas Utama
Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi tampaknya tak main-main dalam menata ulang sistem transportasi. Dengan fokus pada pengembangan infrastruktur berbasis rel dan perluasan aksesibilitas antarwilayah, Jawa Barat diarahkan menuju transformasi sistem transportasi yang modern dan berkelanjutan.
Reaktivasi jalur kereta api menjadi simbol komitmen tersebut. Proyek ini juga diharapkan bersinergi dengan program nasional seperti pembangunan jalur kereta cepat dan transportasi terintegrasi antarprovinsi di masa depan.
Jika target reaktivasi berhasil dilaksanakan sesuai rencana mulai 2025, maka Jawa Barat akan menjadi provinsi dengan konektivitas transportasi berbasis rel terluas dan teraktif di Indonesia. Masyarakat menanti langkah konkret pemerintah dalam mengawal pelaksanaan proyek ambisius ini demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.