JAKARTA - Pergerakan harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur kembali mengalami dinamika pada Sabtu, 24 Mei 2025. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur, harga sejumlah komoditas pokok terpantau stabil, sementara sebagian lainnya mengalami penurunan tipis. Yang paling menonjol adalah harga cabai rawit merah yang turun sebesar Rp475 atau 2,02 persen menjadi Rp23.086 per kilogram.
Situasi ini menjadi perhatian penting masyarakat mengingat sembako merupakan kebutuhan dasar rumah tangga yang tidak bisa ditunda pembeliannya. Setiap perubahan harga, sekecil apa pun, akan berpengaruh pada pola pengeluaran harian, terutama bagi kelompok rumah tangga menengah ke bawah yang paling sensitif terhadap inflasi bahan makanan.
Dalam keterangannya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, Drajat Irawan, menyatakan bahwa fluktuasi harga sembako merupakan hal yang wajar dan terus dipantau secara ketat oleh pemerintah daerah. “Kami melakukan pemantauan harian di seluruh kabupaten/kota untuk memastikan harga tetap dalam koridor yang wajar dan tidak memberatkan masyarakat,” ujarnya.
Harga Komoditas Pokok Stabil, Konsumen Bisa Bernapas Lega
Berdasarkan pantauan hingga pukul 09.50 WIB pada 24 Mei 2025, harga sembako secara umum menunjukkan kecenderungan stabil. Berikut adalah harga rata-rata beberapa komoditas utama di wilayah Jawa Timur:
Beras premium: Rp14.564/kg
Beras medium: Rp12.473/kg
Gula kristal putih: Rp17.048/kg
Minyak goreng curah: Rp18.713/kg
Minyak goreng kemasan premium: Rp20.205/liter
Minyak goreng kemasan sederhana: Rp17.405/liter
Minyak goreng merek Minyakita: Rp16.530/liter
Daging sapi paha belakang: Rp119.114/kg
Daging ayam ras: Rp30.559/kg
Daging ayam kampung: Rp67.741/kg
Telur ayam ras: Rp25.711/kg
Telur ayam kampung: Rp46.930/kg
Susu kental manis Bendera: Rp12.407/370 gram
Susu kental manis Indomilk: Rp12.395/370 gram
Susu bubuk Bendera: Rp41.640/400 gram
Susu bubuk Indomilk: Rp40.664/400 gram
Garam bata: Rp1.558/buah
Garam halus: Rp9.426/kg
Bawang merah: Rp32.854/kg
Bawang putih: Rp34.426/kg
Gas elpiji: Rp19.516/tabung
Sementara itu, untuk komoditas cabai yang cenderung fluktuatif, berikut harga terbaru:
Cabai merah keriting: Rp30.654/kg
Cabai merah besar: Rp26.711/kg
Cabai rawit merah: Rp23.086/kg
Penurunan harga pada cabai rawit merah menjadi angin segar bagi masyarakat, terutama pelaku usaha kecil seperti pedagang makanan dan ibu rumah tangga. Hal ini mengingat cabai merupakan salah satu komoditas yang sangat berpengaruh pada indeks harga konsumen (IHK) sektor makanan.
Fluktuasi Harga Disebabkan Banyak Faktor
Menurut Drajat Irawan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan harga sembako bisa berubah setiap waktu. “Selain faktor pasokan dan permintaan, kondisi cuaca, distribusi, hingga kebijakan fiskal dan moneter turut memberi pengaruh signifikan terhadap kestabilan harga,” katanya.
Beberapa faktor utama yang memengaruhi harga sembako antara lain:
Permintaan dan Penawaran
Bila permintaan naik sedangkan pasokan terbatas, harga cenderung naik. Sebaliknya, jika pasokan melimpah dan permintaan stagnan, harga akan turun.
Cuaca dan Musim
Cuaca ekstrem atau musim tanam tertentu bisa menghambat panen, sehingga pasokan berkurang dan harga melonjak.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan impor, pengenaan pajak, dan pemberian subsidi dapat memengaruhi harga. Misalnya, pembatasan impor bisa menyebabkan pasokan menurun dan harga naik.
Biaya Produksi
Kenaikan harga bahan bakar, pupuk, dan upah buruh akan berdampak langsung terhadap biaya produksi, sehingga harga jual pun meningkat.
Nilai Tukar
Banyak bahan pokok yang masih bergantung pada impor. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan meningkatkan harga barang impor, termasuk komoditas pangan.
Inflasi dan Stabilitas Ekonomi
Inflasi tinggi secara umum menyebabkan lonjakan harga barang dan jasa, termasuk sembako.
Distribusi dan Logistik
Gangguan dalam rantai distribusi seperti kemacetan, pemogokan, atau bencana alam dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman dan berkurangnya pasokan di pasar.
Strategi Pemerintah Menjaga Stabilitas
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengaku terus melakukan koordinasi lintas sektor dengan Bulog, distributor pangan, dan Kementerian Perdagangan untuk menjaga pasokan tetap tersedia di pasaran. Operasi pasar murah juga terus digelar di beberapa titik, terutama menjelang hari besar keagamaan atau saat harga mulai menunjukkan tren naik signifikan.
“Operasi pasar akan difokuskan di wilayah yang terindikasi mengalami lonjakan harga. Kami juga aktif memantau distribusi dari produsen hingga pasar rakyat,” tambah Drajat.
Ia juga menambahkan bahwa penguatan data menjadi elemen penting. Pemprov Jatim menggunakan sistem Siskaperbapo untuk mencatat dan mengolah data harga dari seluruh kabupaten/kota secara real time. “Data ini penting sebagai dasar pengambilan keputusan cepat dan akurat,” imbuhnya.
Pentingnya Edukasi Konsumen dan Pedagang
Di sisi lain, edukasi kepada pedagang dan konsumen juga menjadi fokus. Pemerintah mendorong pelaku usaha tidak melakukan penimbunan barang atau mengambil keuntungan berlebih di tengah fluktuasi harga. Sementara konsumen diimbau untuk bijak dalam berbelanja dan tidak melakukan panic buying yang justru dapat memperparah kondisi pasar.
Dengan informasi harga yang transparan dan akses terbuka dari platform resmi pemerintah, masyarakat diharapkan dapat lebih cermat merencanakan kebutuhan harian.
Perlu Pengawasan dan Antisipasi Jangka Panjang
Stabilnya harga sembako di Jawa Timur pada akhir Mei ini menunjukkan adanya pengendalian harga yang cukup baik. Namun, karena harga bahan pokok sangat dinamis, pengawasan dan langkah antisipatif tetap diperlukan secara berkelanjutan. Pemerintah daerah, pelaku pasar, dan masyarakat harus bersinergi menjaga stabilitas harga demi terwujudnya ketahanan pangan dan perlindungan terhadap daya beli rakyat.
“Harga yang stabil memberi rasa aman bagi masyarakat, terutama mereka yang pendapatannya harian,” tutup Drajat Irawan, menegaskan komitmen Pemprov Jatim dalam mengawal ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan pokok di seluruh wilayah.