Kuliner

Tumis Daun Singkong, Hidangan Lokal yang Kembali Menggugah Selera

Tumis Daun Singkong, Hidangan Lokal yang Kembali Menggugah Selera
Tumis Daun Singkong, Hidangan Lokal yang Kembali Menggugah Selera di Tengah Tren Kuliner Modern

JAKARTA - Di tengah menjamurnya tren kuliner internasional seperti sushi, pasta, atau makanan cepat saji bergaya Barat, tak sedikit masyarakat yang justru mulai melirik kembali makanan tradisional yang pernah akrab di dapur nenek moyang. Salah satu contoh paling mencolok adalah meningkatnya minat terhadap tumis daun singkong. Masakan sederhana yang berasal dari warisan kuliner Nusantara ini kembali mencuri perhatian lintas generasi, khususnya kalangan muda.

Tumis daun singkong bukanlah menu baru. Bagi sebagian orang, ia identik dengan makan siang di rumah nenek di kampung, atau sajian hangat yang menemani nasi putih dan sambal terasi. Kini, posisinya justru naik kelas: hadir di restoran urban, kafe bertema etnik, bahkan menjadi konten unggulan dalam kanal YouTube para food vlogger yang fokus pada kuliner lokal.

Kesederhanaan yang Kaya Manfaat
Ciri khas tumis daun singkong terletak pada kesederhanaannya. Ia hanya memerlukan bahan-bahan dasar seperti daun singkong muda, bawang merah, bawang putih, cabai, dan terkadang tambahan terasi atau ikan teri. Meski tampak sederhana, nilai gizinya sangat tinggi. Daun singkong diketahui kaya akan serat, vitamin A dan C, zat besi, serta antioksidan.

Dalam keseharian, masakan ini menjadi pilihan ideal bagi keluarga yang ingin menyajikan makanan sehat tanpa perlu keluar biaya besar. Selain itu, proses memasaknya pun tidak memerlukan waktu lama, menjadikannya solusi cepat namun bergizi bagi mereka yang sibuk dengan aktivitas harian.

Menurut beberapa ahli gizi, daun singkong dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan nutrisinya bahkan kerap disandingkan dengan sayuran hijau premium lainnya seperti bayam atau kale. Namun keunggulan daun singkong tetap tak tergantikan dari segi cita rasa khasnya.

Daya Tarik di Kalangan Muda
Fenomena menarik muncul ketika generasi muda yang selama ini lebih akrab dengan makanan instan mulai tertarik menghidangkan masakan tradisional di rumah. Salah satunya dipicu oleh tren “kembali ke dapur” yang berkembang pasca pandemi. Banyak anak muda mencoba memasak sendiri, mengeksplorasi resep klasik, dan membagikannya di media sosial. Tumis daun singkong pun turut mendapat sorotan.

Pengamat kuliner dan penulis buku Rasa Nusantara, Dian Pertiwi, menilai bahwa kembalinya minat pada tumis daun singkong merupakan bagian dari kesadaran baru terhadap pentingnya makanan lokal. Ia melihat bahwa makanan tradisional kini dinilai lebih dari sekadar warisan leluhur—ia menjadi simbol identitas dan pilihan gaya hidup yang sehat serta berkelanjutan.

“Banyak yang kembali ke akar budaya makan Indonesia. Mereka mencari makanan yang otentik, sehat, dan murah. Tumis daun singkong menjawab semua itu,” ungkap Dian dalam wawancara eksklusif.

Respon Positif dari Dunia Kuliner
Respons dunia kuliner terhadap meningkatnya popularitas tumis daun singkong pun cukup positif. Tak sedikit restoran yang sebelumnya menyajikan menu internasional, kini turut memasukkan hidangan khas seperti tumis daun singkong ke dalam daftar menu mereka. Beberapa warung makan di kota besar juga mulai menampilkan varian kreatif dari masakan ini—menggabungkannya dengan keju, sambal matah, hingga telur asin.

Inovasi-inovasi ini mencerminkan bahwa kuliner tradisional pun bisa fleksibel mengikuti selera zaman, tanpa kehilangan identitas aslinya. Bahkan, tak sedikit chef profesional yang memamerkan tumis daun singkong sebagai hidangan pembuka dalam acara fine dining bertema kuliner lokal. Inisiatif ini memperkuat posisi makanan tradisional sebagai bagian penting dari narasi gastronomi Indonesia di panggung global.

Sementara itu, warung makan di berbagai daerah turut merasakan dampak positif dari tren ini. Menu tumis daun singkong kini menjadi salah satu favorit pelanggan, terutama saat dipadukan dengan lauk-pauk khas seperti ikan asin, sambal, dan tempe goreng.

Kisah yang Terus Bertumbuh di Tengah Meja Makan
Meningkatnya minat terhadap tumis daun singkong tak sekadar mencerminkan perubahan selera makan. Ia juga menjadi cerminan dari pergeseran nilai di masyarakat, yang kini mulai menghargai makanan lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya yang patut dijaga.

Kisah daun singkong yang dulu hanya dianggap lauk pelengkap kini menjelma menjadi simbol gaya hidup sadar gizi dan kembali ke akar tradisi. Tanpa banyak gembar-gembor, kehadirannya yang konsisten di meja makan masyarakat Indonesia menjadi bukti bahwa warisan kuliner bisa tetap relevan di tengah arus modernisasi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index