JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan hasil kunjungan kerjanya ke luar negeri kepada Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, dalam sebuah pertemuan di Istana Kepresidenan, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani menyampaikan perkembangan terkini dari berbagai forum ekonomi internasional yang diikutinya, termasuk pertemuan G20, IMF-World Bank Spring Meetings, hingga pertemuan bilateral dengan para investor global.
Kepada awak media usai pertemuan, Sri Mulyani menjelaskan bahwa laporan yang disampaikan mencakup pembahasan strategis yang berkaitan dengan dinamika ekonomi global, termasuk kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang berpotensi berdampak luas terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Paparan Global Sri Mulyani di Hadapan Prabowo
Sri Mulyani menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut, ia menyampaikan hasil dari kunjungan kerjanya ke Washington DC dan London, serta partisipasinya dalam berbagai forum internasional penting. “Perjalanan saya ke Washington DC, London, pembahasan di G20, pembahasan pertemuan IMF dan IMF World Bank, pertemuan bilateral yang kami lakukan, dan juga dari sisi pertemuan dengan para investor,” kata Sri Mulyani.
Dalam laporan itu, salah satu fokus utama adalah pembahasan mengenai kebijakan tarif resiprokal yang kembali diusulkan oleh Amerika Serikat di bawah bayang-bayang kemungkinan kembalinya Donald Trump ke tampuk kekuasaan. Sri Mulyani mengatakan bahwa isu tarif ini menjadi perhatian utama para pemimpin dunia dan menteri keuangan global karena bisa berdampak luas terhadap arus perdagangan dan stabilitas ekonomi internasional.
“Ya, substansi soal apa yang sekarang sedang menjadi perhatian dunia ya, mengenai masalah AS, posisinya dengan resiprokal tarifnya, proses pembahasan yang dilakukan, dan pandangan dari banyak negara terhadap policy tersebut,” jelasnya.
Sri Mulyani: Dapat Apresiasi dari Prabowo
Menurut Sri Mulyani, Presiden Prabowo memberikan respons positif terhadap laporan yang disampaikan. Ia menyebut bahwa Prabowo mengapresiasi arah pembahasan dan kerja sama Indonesia di tingkat internasional. “Arahannya? Dia bilang good, bagus,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu sembari tersenyum.
Apresiasi tersebut menandai hubungan komunikasi yang erat antara menteri keuangan saat ini dan Presiden RI yang akan segera menjabat secara resmi. Sri Mulyani menegaskan bahwa dirinya tetap berkomitmen menyampaikan seluruh perkembangan ekonomi dan diplomasi fiskal kepada pimpinan negara sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kebijakan fiskal.
Bahas IMF, Akses Modal, dan Risiko Global
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa dirinya juga diminta oleh Prabowo untuk memaparkan detail hasil diskusi dalam Spring Meeting Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang baru saja berlangsung. Salah satu topik penting adalah tantangan negara-negara berkembang dalam mengakses pembiayaan global yang terjangkau dan berkelanjutan.
“Bagaimana statement dari menteri keuangannya terhadap isu tersebut, dan bagaimana mekanisme selanjutnya utamanya terhadap mekanisme multilateral, dan juga utamanya menyangkut kondisi dan situasi dari negara-negara yang saat ini kesulitan dapat akses capital,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa Prabowo juga tertarik untuk mengetahui bagaimana risiko-risiko ekonomi global saat ini dibahas dalam forum multilateral tersebut, termasuk risiko perlambatan ekonomi, tekanan inflasi, dan gejolak geopolitik yang dapat berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi global maupun nasional.
“Juga kemungkinan risiko-risiko yang terjadi yang dibahas di pertemuan IMF World Bank,” ucap Sri Mulyani menambahkan.
Indonesia di Mata Dunia: Stabil dan Dipercaya
Dalam berbagai forum internasional, posisi Indonesia disebut-sebut sebagai negara berkembang yang memiliki pengelolaan fiskal dan ekonomi makro yang relatif stabil. Hal ini tak lepas dari peran Kementerian Keuangan dalam menjaga disiplin anggaran, mendorong pertumbuhan berkelanjutan, serta memastikan keberlanjutan pembiayaan pembangunan nasional.
Seperti yang juga disampaikan dalam laporan APBNKita sehari sebelumnya, yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tetap stabil di kisaran 6,98% pada kuartal pertama 2025, sedikit di bawah asumsi APBN sebesar 7%. Ini menunjukkan tingkat kepercayaan investor asing terhadap pengelolaan fiskal Indonesia masih tinggi.
Kesiapan Pemerintah Menghadapi Dinamika Ekonomi Global
Pertemuan antara Sri Mulyani dan Prabowo juga menjadi sinyal penting bahwa pemerintah Indonesia siap menghadapi tantangan ekonomi global dengan strategi yang matang dan terukur. Dalam transisi pemerintahan saat ini, kesinambungan kebijakan ekonomi menjadi krusial agar tidak menimbulkan ketidakpastian di mata investor maupun pelaku usaha dalam negeri.
Dengan membahas berbagai dinamika global secara langsung bersama Presiden terpilih, Sri Mulyani menunjukkan bahwa diplomasi ekonomi tidak hanya dilakukan di luar negeri, tetapi juga dikomunikasikan secara langsung kepada pemegang kekuasaan tertinggi di dalam negeri.
Diplomasi Ekonomi Berkelanjutan
Langkah Sri Mulyani dalam melaporkan hasil forum-forum internasional ini memperkuat komitmen Indonesia untuk tetap menjadi bagian aktif dalam sistem ekonomi global. Dengan melibatkan pemimpin nasional dalam setiap pembahasan strategis, Indonesia berharap bisa merespons tantangan global dengan lebih adaptif dan kolaboratif.
Ke depan, kebijakan ekonomi Indonesia akan terus diuji oleh dinamika global, baik dari sisi perdagangan, inflasi, perubahan iklim, hingga tensi geopolitik. Namun, dengan kolaborasi yang solid antara kementerian dan kepemimpinan nasional, Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas fiskal sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.