Mobil Listrik

6 Merek Mobil Listrik Penikmat Insentif Impor CBU: Pemerintah Genjot Produksi Lokal di Indonesia

6 Merek Mobil Listrik Penikmat Insentif Impor CBU: Pemerintah Genjot Produksi Lokal di Indonesia
6 Merek Mobil Listrik Penikmat Insentif Impor CBU: Pemerintah Genjot Produksi Lokal di Indonesia

JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus mempercepat transisi menuju kendaraan ramah lingkungan melalui berbagai kebijakan insentif fiskal yang ditujukan kepada produsen otomotif. Saat ini, terdapat enam merek mobil listrik yang menikmati insentif bea masuk 0 persen dan PPnBM sebesar 15 persen yang ditanggung pemerintah untuk impor mobil listrik dalam bentuk Completely Built-Up (CBU).

Insentif tersebut merupakan bagian dari strategi besar pemerintah dalam mendorong industrialisasi kendaraan listrik nasional. Kebijakan ini dikelola oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan telah diberlakukan sejak tahun 2024.

Komitmen Produksi Jadi Syarat Utama

Insentif hanya diberikan kepada produsen otomotif yang menunjukkan komitmen untuk memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri, baik dalam jangka pendek maupun menengah. Pemerintah Indonesia secara terbuka menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan langkah awal untuk membangun ekosistem industri kendaraan listrik yang kuat dan berkelanjutan.

“Insentif diberikan bukan tanpa syarat. Pemerintah mengharuskan ada komitmen nyata dari produsen untuk memulai atau memperluas produksi kendaraan listrik di Indonesia,” demikian tertuang dalam dokumen kebijakan yang disampaikan oleh otoritas terkait.

Data Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa empat produsen otomotif telah resmi menjadi peserta program insentif CBU mobil listrik per tahun 2024. Keempatnya memiliki target produksi dalam negeri yang signifikan, dan sebagian besar telah memulai proses persiapan pembangunan fasilitas produksi.

1. BYD Motor Indonesia: Komitmen Produksi Terbesar

BYD Motor Indonesia, anak perusahaan dari raksasa otomotif China, menjadi peserta program dengan komitmen produksi terbesar. Perusahaan ini merencanakan pembangunan pabrik dengan kapasitas hingga 100.000 unit kendaraan listrik per tahun di Indonesia. Strategi BYD merupakan bagian dari ekspansi jangka panjang di kawasan Asia Tenggara.

Langkah BYD mencerminkan ambisi kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi dan distribusi kendaraan listrik di regional ASEAN. Dengan volume produksi yang besar, perusahaan ini diharapkan dapat menciptakan ribuan lapangan kerja dan meningkatkan transfer teknologi ke industri otomotif nasional.

2. National Assemblers: Diversifikasi Produksi untuk 4 Merek

National Assemblers, anak usaha dari Grup Indomobil, turut menjadi peserta program dan berperan sebagai mitra lokal dari empat merek global: Citroën, Aion, Maxus, dan Volkswagen (VW). Total komitmen produksinya mencapai 66.000 unit, dengan rincian:

Citroën: 15.000 unit

Aion: 25.000 unit

Maxus: 6.000 unit

Volkswagen (VW): 20.000 unit

Kehadiran National Assemblers dalam program ini menunjukkan pendekatan strategis pemerintah untuk tidak hanya fokus pada satu produsen, melainkan membuka pintu bagi berbagai merek untuk melakukan lokalisasi produksi.

3. VinFast Automobile Indonesia: Agresif Masuk Pasar

VinFast, produsen mobil listrik asal Vietnam, menunjukkan langkah agresif dalam memasuki pasar Indonesia. Dengan komitmen produksi 50.000 unit kendaraan listrik per tahun, perusahaan ini menjadi salah satu pendatang baru paling aktif dalam menjajaki peluang di pasar otomotif nasional.

VinFast diketahui tengah mempersiapkan pembangunan fasilitas perakitan lokal sebagai bagian dari strategi untuk memenuhi persyaratan insentif pemerintah, sekaligus menurunkan harga kendaraan listrik yang selama ini dinilai masih mahal oleh sebagian besar konsumen Indonesia.

4. Geely Motor Indonesia: Pemain Global yang Ikut Masuk

Geely, produsen otomotif asal Tiongkok yang dikenal sebagai salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik global, juga telah bergabung dalam program ini. Geely menyatakan komitmen untuk memproduksi 20.000 unit kendaraan listrik di Indonesia.

Partisipasi Geely semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai tujuan investasi baru dalam rantai pasok global kendaraan listrik. Kehadiran pemain besar seperti Geely diperkirakan akan mendorong terjadinya persaingan sehat dan percepatan inovasi teknologi di pasar otomotif domestik.

Insentif Lengkap: Tidak Hanya Bea Masuk dan PPnBM

Kebijakan insentif CBU mobil listrik bukan hanya mencakup pembebasan bea masuk impor dan PPnBM yang ditanggung pemerintah, melainkan juga memberikan berbagai kemudahan tambahan lainnya. Beberapa insentif tambahan tersebut antara lain:

PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk mobil listrik

Pembebasan bea masuk untuk komponen penting, seperti baterai kendaraan listrik

Dukungan terhadap konsumen, termasuk program bantuan pembelian atau subsidi harga mobil listrik

Kebijakan insentif ini dirancang untuk menstimulasi pasar sekaligus menciptakan efek domino dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, dari hulu hingga hilir.

Mendorong Daya Saing Indonesia di Asia Tenggara

Dengan diberlakukannya insentif impor CBU, Indonesia berharap dapat memperkuat daya saingnya di tengah persaingan ketat antarnegara Asia Tenggara dalam menarik investasi otomotif hijau. Negara-negara seperti Thailand dan Vietnam telah lebih dahulu menerapkan kebijakan agresif dalam mendukung kendaraan listrik. Kini, Indonesia mulai mengejar ketertinggalan tersebut dengan menawarkan skema insentif yang menarik dan berbasis komitmen produksi.

Selain menggenjot industri kendaraan listrik, pemerintah juga memiliki visi jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon, mengingat sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia. Transisi ke kendaraan listrik menjadi salah satu solusi strategis dalam mewujudkan target netralitas karbon pada tahun 2060.

Tantangan: Infrastruktur dan Harga Masih Jadi Sorotan

Meskipun insentif fiskal terus diperluas, tantangan dalam pengembangan kendaraan listrik di Indonesia masih cukup besar. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya infrastruktur pengisian daya (charging station) yang merata di seluruh wilayah. Hingga saat ini, jaringan stasiun pengisian masih terkonsentrasi di kota-kota besar.

Selain itu, harga mobil listrik yang relatif tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil juga masih menjadi kendala utama dalam menjangkau konsumen kelas menengah ke bawah. Oleh karena itu, keberhasilan program insentif ini juga bergantung pada upaya untuk menurunkan harga jual melalui produksi lokal.

Program insentif impor mobil listrik CBU yang dijalankan pemerintah Indonesia telah berhasil menarik sejumlah pemain besar industri otomotif global untuk berinvestasi dan memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri. Enam merek mobil listrik kini menjadi penikmat utama insentif ini, dengan total komitmen produksi mencapai ratusan ribu unit per tahun.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara sekaligus mendukung upaya transisi energi bersih. Namun, keberhasilan jangka panjang tetap memerlukan sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan dan inklusif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index