Mobil Listrik

Perang Harga Mobil Listrik di Tiongkok Memanas, Produsen Rugi Meski Teknologi Makin Canggih

Perang Harga Mobil Listrik di Tiongkok Memanas, Produsen Rugi Meski Teknologi Makin Canggih
Perang Harga Mobil Listrik di Tiongkok Memanas, Produsen Rugi Meski Teknologi Makin Canggih

JAKARTA - Industri kendaraan listrik (EV) Tiongkok tengah menghadapi tantangan serius di tengah derasnya arus inovasi dan peluncuran model terbaru. Meskipun negeri tersebut menjadi pemimpin global dalam revolusi kendaraan listrik, realita di lapangan menunjukkan banyak produsen lokal yang justru masih mengalami kerugian signifikan akibat perang harga yang semakin sengit.

Hingga pertengahan 2025, tercatat ada sekitar 50 merek kendaraan listrik yang bersaing di pasar domestik Tiongkok. Namun, hanya tiga perusahaan yang berhasil mencetak keuntungan, yakni BYD, Li Auto, dan Seres. Sementara itu, sebagian besar produsen lain masih harus menanggung kerugian akibat maraknya strategi potongan harga yang diterapkan secara agresif untuk mempertahankan pangsa pasar.

Langkah pemotongan harga tersebut secara langsung berdampak pada margin keuntungan. Harga jual kendaraan listrik mengalami penurunan signifikan, sementara biaya produksi tidak mengalami penyusutan yang sepadan. Akibatnya, margin keuntungan yang sebelumnya mencapai 20 persen pada empat tahun lalu, kini hanya berada di kisaran 10 persen.

Berdasarkan laporan dari JP Morgan yang dipublikasikan melalui South China Morning Post, rata-rata diskon harga kendaraan listrik di Tiongkok pada April 2025 mencapai 16,8 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 16,3 persen. Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa sepanjang tahun ini, diskon tahunan rata-rata tercatat mencapai 8,3 persen.

Penurunan harga secara agresif ini tidak hanya memengaruhi margin, tetapi juga menciptakan tekanan besar pada keberlangsungan bisnis para produsen. Merek-merek baru yang belum memiliki posisi kuat di pasar menjadi pihak yang paling rentan. Mereka dihadapkan pada dilema antara harus terus memberikan potongan harga besar untuk tetap kompetitif, atau kehilangan pelanggan jika memilih untuk menghentikan diskon.

Lebih jauh, kondisi pasar domestik yang stagnan memperparah tekanan pada pelaku industri. Meskipun kendaraan listrik semakin populer di kalangan konsumen, pertumbuhan permintaan di pasar dalam negeri tidak menunjukkan tren signifikan. Ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong perusahaan untuk mempertahankan strategi diskon, meskipun mengorbankan kesehatan finansial mereka.

Sebagai respons atas tantangan tersebut, produsen kendaraan listrik mulai melirik pasar internasional sebagai alternatif untuk memperbaiki margin keuntungan. Ekspor kendaraan listrik dari Tiongkok menunjukkan tren positif sepanjang awal 2025. Dalam empat bulan pertama tahun ini, sekitar 33 persen dari total ekspor kendaraan Tiongkok berasal dari segmen mobil listrik. Angka ini meningkat tajam dibandingkan rata-rata 25 persen selama dua tahun terakhir.

Pasar global dianggap memiliki potensi besar untuk mendongkrak kinerja penjualan dan profitabilitas produsen EV Tiongkok. Negara-negara di Eropa, Asia Tenggara, hingga Amerika Latin mulai menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap kendaraan listrik asal Tiongkok yang dikenal karena teknologinya yang canggih serta harga yang kompetitif. Produsen besar seperti BYD dan Nio telah mengekspansi pasarnya ke luar negeri dengan membawa model-model terbaru yang dilengkapi teknologi baterai mutakhir dan fitur berkendara otonom.

Namun demikian, peluang ekspor ini juga diiringi tantangan besar. Sentimen proteksionisme yang meningkat di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, bisa menjadi hambatan bagi ekspansi industri EV Tiongkok. Sejumlah negara bahkan mulai menerapkan kebijakan ketat terhadap impor kendaraan listrik dari Tiongkok, termasuk investigasi dugaan praktik dumping harga yang dilakukan oleh produsen tertentu.

Selain tekanan dari luar negeri, biaya pengembangan teknologi tinggi di dalam negeri juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun inovasi tetap berjalan pesat, pengembangan sistem baterai generasi baru, kecerdasan buatan, dan fitur keselamatan canggih memerlukan investasi yang sangat besar. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan yang belum memiliki skala ekonomi yang memadai akan kesulitan untuk bersaing, baik di pasar lokal maupun global.

Model-model terbaru yang terus diluncurkan, seperti Mona M03 Max dari Xpeng yang mampu menempuh jarak hingga 580 km dalam satu pengisian daya, menjadi bukti bahwa kompetisi tidak hanya terjadi dalam hal harga, tetapi juga pada kualitas dan daya tahan produk. Namun, fitur-fitur canggih ini belum cukup untuk menopang profitabilitas jika harga jual terus ditekan.

Pemerintah Tiongkok turut mengambil peran dalam menstabilkan kondisi pasar. Sejumlah kebijakan seperti subsidi dan insentif fiskal masih diberlakukan, meskipun dalam skala yang lebih terbatas dibanding masa awal pengembangan EV. Pemerintah juga mendorong konsolidasi di antara para pemain industri agar tercipta efisiensi dan penguatan struktur bisnis, termasuk kemungkinan merger dan akuisisi antar perusahaan.

Meski begitu, intervensi tersebut belum mampu sepenuhnya mengatasi tekanan akibat perang harga. Sebagian besar produsen masih menghadapi tantangan berat untuk bertahan dalam persaingan yang tidak hanya ketat secara harga, tetapi juga dari sisi teknologi dan distribusi. Produsen kecil yang tidak mampu menurunkan biaya produksi dan memperluas jaringan distribusi kemungkinan besar akan tereliminasi dalam jangka menengah.

Dengan demikian, industri EV Tiongkok kini berada dalam fase kritis. Meskipun tetap menjadi pusat inovasi global, keberlangsungan bisnis jangka panjang akan sangat bergantung pada kemampuan produsen dalam menyeimbangkan antara inovasi, efisiensi operasional, serta strategi pemasaran yang berkelanjutan. Ekspansi ke pasar internasional menjadi peluang yang menjanjikan, tetapi hanya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh produsen yang memiliki fondasi bisnis yang kuat.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masa depan industri kendaraan listrik di Tiongkok akan ditentukan bukan hanya oleh kecanggihan teknologi, tetapi juga oleh kekuatan strategi bisnis dalam menghadapi perang harga yang semakin kompleks.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index